Umat muslim melakukan salat 5 waktu dalam sehari. Namun ketika bulan Ramadhan, ada tambahan salat Tarawih yang dilakukan seusai salat Isya' di malam hari. Gerakan salat diketahui dapat meningkatkan fleksibiltas dan kebugaran otot tubuh, demikian pula dengan salat Tarawih yang durasinya relatif lebih panjang. "Tingkat metabolisme otot meningkat ketika melakukan salat sehingga menyebabkan kekurangan oksigen dan nutrisi otot. Kekurangan ini akan menyebabkan vasodilatasi, peningkatan kaliber pembuluh darah, sehingga memungkinkan darah mengalir dengan mudah kembali ke jantung. Peningkatan beban jantung akan memperkuat dan memperbaiki sirkulasi otot jantung," kata Dr Ibrahim B. Syed, Ph.D, profesor kedokteran klinis dari University of Louisville School of Medicine seperti dilansir Islam for Today, Senin (23/7/2012). Menurut dr Ibrahim, glukosa darah dan plasma insulin mulai meningkat dalam waktu 1 jam atau lebih setelah berbuka puasa. Glukosa dan gula darah mencapai tingkat tinggi dalam waktu 1 atau 2 jam kemudian. Saat masuk salat tarawih, glukosa yang beredar akan dimetabolisme menjadi karbon dioksida dan air agar tetap stabil. Tak hanya itu, doa-doa yang dilantunkan selama Tarawih membantu pengeluaran kalori ekstra dan meningkatkan fleksibilitas, koordinasi, mengurangi stres, kecemasan dan depresi. Lebih lanjut lagi, dr Ibrahim menjelaskan berbagai manfaat salat Tarawih bagi kesehatan, yaitu: 1. Meningkatkan kebugaran fisik Ketika melakukan sedikit upaya tambahan dalam melakukan salat Tarawih, terjadi peningkatan daya tahan, stamina, fleksibilitas dan kekuatan tubuh. Salat menghasilkan perubahan fisiologis yang sama seperti ketika jogging atau berjalan, namun tanpa efek samping. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 17.000 orang alumni Harvard memberikan bukti kuat bahwa latihan aerobik setara dengan joging sekitar 3 mil sehari, meningkatkan kesehatan dan dapat memperpanjang usia. Pria yang mengeluarkan energi sekitar 2000 kkal setiap minggu memiliki angka kematian seperempat sampai sepertiga kali lebih rendah dibandingkan yang sedikit atau tidak berolahraga. 2. Meningkatkan daya tahan lansia Seiring pertambahan usia, aktivitas yang dilakukan seseorang berkurang karena tulangnya menjadi makin tipis. Jika tidak dirawat, maka risiko osteoporosis sudah menanti. Gangguan ini paling banyak dialami wanita ketika memasuki menopause akibat penurunan estrogen. Saat melakukan gerakan berulang dan teratur selama salat, maka kekuatan otot, tendon, fleksibilitas sendi dan respon kardiovaskular meningkat. Oleh karena itu salat Tarawih memungkinkan para lansia tetap siap ketika menghadapi kesulitan tak terduga yang dapat melukai tubuhnya. Tarawih akan meningkatkan daya tahan dan kepercayaan diri untuk menjadi mandiri. 3. Membantu mengontrol berat badan Salat dapat mengontrol berat badan dan mengeluarkan kalori tanpa meningkatkan nafsu makan. Kombinasi dari pembatasan asupan makanan saat sahur dan buka puasa disertai Tarawih akan membantu mengurangi berat badan. Berat badan akan tetap terkontrol jika tidak makan terlalu banyak pada sahur dan buka puasa serta rajin melakukan Tarawih. 4. Meningkatkan suasana hati Olahraga diketahui dapat meningkatkan suasana hati dan kualitas hidup sekaligus mengurangi kecemasan dan depresi. Peneliti dari Universitas Harvard, Dr Herbert Benson, menemukan bahwa melafalkan do'a dan ayat kitab suci ditambah aktifitas ringan akan memicu relaksasi yang dapat menurunkan tekanan darah, tingkat pernapasan dan denyut jantung. Oleh karena itu, Tarawih membuat pikiran berada dalam keadaan rileks. Keadaan tenang pikiran ini juga mungkin dipicu pelepasan hormon encephalins dan endorfin ke dalam sirkulasi darah.

Gambaran pengembangan iptek yang tidak sesuai dengan Nilai-nilai pancasila Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahtraan dan peningkatan harkat dan martabatnya maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi ( iptek) pada hakekatnya merupakan suatu hasil kreativitas rokhani manusia, unsur jiwa ( rokhani) manusia meliputi aspek akal rasa dan kehendak. Akal merupakan potensi rokhaniah manusia dalam hubungan dengan intelektualitas , rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral ( etika). Atas dasar kreativitas akalnya manusia mengembangkan iptek dalam rangka untuk memperoleh kekayaan alam yang di sediakan oleh tuhan yang maha esa, oleh karena itu tujuaan yang essensial dari ipteks adalah demi kesejahtraan umat manusia, sehingga iptek pada hakekatnya tidak bebas nilai namun terikat olaeh nilai. Dalam masalah ini pancasila telah memberikan dasar nilai–nilai bagi pengembangan iptekdemi kesejahtraan hidup manusia. Pengembangan iptek sebagai hasil budaya manusia harus di dasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi sistem etika dalam pengembangan iptek. Sila ketuhanan yang maha Esa, mengomplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta, pertimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa, dan kehendak berdasarkan sila ini iptek tidak hanya memberikan apa yang di temukan, dibuktikan dan di ciptakan tetapi juga di pertimbangkan maksud-maksudnya dan akibatnya apakah merugikan manusia dengan sekitarnya.Pengolahan di imbangi dengan melestarikan. Sial ini menepatkan manusia di alam semesta bukan sebagi pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang di kelolanya. (T. Jacob, 1986). Contoh nilai iptek yang tidak sesuai dengan nilai pancasila, Adanya kebebasan dalam memeluk agama seiring dengan kemajuan jaman banyak bermunjulan berbagai macam bentuk aliran-aliran yang muncul di indonesia yang tentunya bertentangan dengan nilai pancasila,misalkan Aliran Ateisme: mewajibkan untuk pemeluknya untuk tidak mempercayai tuhan dalam artian bahwa kehidupan itu di tentukan oleh hukum- hukum kehidupan tertentu, agama dimusuhi kerena menganggap agama sebagai penghalang kemajuan memelihara kekolotan. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab,memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam pengembangan iptek haruslah bersifat beradab, iptek adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradap dan bermoral. Oleh karena itu pengembangan ipteks haruslah di dasarkan pada hakekat tujuan demi kesejahtraan umat manusia, iptek bukan untuk kesombongan , kecongkaan dan keserakahan manusia namun harus di abdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia. Contoh nilai iptek yang tidak sesuai dengan nilai pancasila, dengan pengembangan iptek semakin pesat kemajuan teknologi sekarang lebih mudah dalam melakukan hal, nilai negatif menjadikan moralitas tidak beradab melakukan hal kesusilaan perzinahan lalu di unggah keyoutube di internet, tanpa tanggung jawab yang jelas dari sini akan merusak moralitas generasi penerus bangsa karena mudah seakan–akan difasilitas warnet . Sila persatuan indonesia, mengkomplementasiakan universalia dan internasionalisme ( kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan iptek diarahkan demi kesejahtraan umat manusia termasuk didalamnya kesejahtraan bangsa indonesia. Pengembangan ipteks hendaknya dapat mengembangkan rasa nasioanisme. Kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia. Contoh nilai iptek yang tidak sesuai dengan nilai pancasila, semangat nasionalisme tidak hilang cinta tanah air dan kebersamaan Binika tunggal ika, misalnya lebih mencintai produk barang laur negri ketimbang produk barang dalam negri, hilangnya kebersamaan disaat kita terpuruk belum lama ini mengenai kenaikan bbm naik namun sangat disayangkan malah saling tuduh sana sini saling tuding sana sini menyalahkan tidak adanya kekompakan dan kebersamaan untuk saling menyadarkan dan mencari solusi bukan dengan demo yang anarkis dll yang merugikan banyak pihak. Sila kerayatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, mendasari pengembangan iptek secara demokratis. Artinya setiap ilmuan haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan iptek. Selain itu dalam pengembangan iptek setiap ilmuan juga harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap yang terbuka artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun di bandingkan dengan penemuan teori lainnya. Contoh Nilai yang tidak sesuai dengan nilai pancila, memiliki sikap yang terbuka mendengarkan masukan kritikan demi membangun dan memajukan dalam segala bidang, misal yang mempunyai kekuasaan harus mendengarkan dan menerima masukan, kritikan dari kalangan masyarakat bawah tidak hanya dari kalangan elit politik dll. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. mengkomplementasikan pengembangan iptek haruslah menjaga keseimbangan kaeadilan dalam kehidupan manusia yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusaia dengan tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya ( T. Jacob, 1986). Contoh nilai iptek yang tidak sesuai dengan nilai pancasila,memikirkan keseimbangan bersama dalam keadilan dalam kehidupan maksudnya disini mempunyai sikap sosial yang tinggi tidak hanya mikirkan dirinya sendiri menghilangkan sikap yang merugikan orang banyak. Misalkan dalam kasus hukum,hukum bisa di beli dengan uang yang tadinya tersangka bersalah menjadi tidak bersalah karena suap menyogok dengan uang dengan maksud meringankan bahkan menghilangakan hukuman. Selanjutnya T.Jacob (2000) berpendapat bahwa Pancasila mengandung hal-hal yang penting dalam pengembangan iptek, yaitu: 1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengingatkan manusia bahwa ia hanyalah makhluk Tuhan yang mempunyai keterbatasan seperti makhluk-makhluk lain, baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Ia tidak dapat terlepas dari alam, sedangkan alam raya dapat berada tanpa manusia. 2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, usaha untuk menyejahterakan manusia haruslah dengan cara-cara yang berprikemanusiaan. Desain, eksperimen, ujicoba dan penciptaan harus etis dan tidak merugikan uamat manusia zaman sekarang maupun yang akan datang. Sehingga kita tidak boleh terjerumus mengembangkan iptek tanpa nilai-nilai perikemanusiaan. 3. Sila Persatuan Indonesia, mengingatkan pada kita untuk mengembangkan iptek untuk seluruh tanah air dan bangsa. Dimana segi-segi yang khas Indonesia harus mendapat prioritas untuk dikembangkan secara merata untuk kepentingan seluruh bangsa, tidak hanya atau terutama untuk kepentingan bangsa lain. 4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, membuka kesempatan yang sama bagi semua warga negara untuk mengembangkan iptek, dan mengenyam hasilnya, sesuai kemampuan dan keperluan masing-masing. 5. Sila Keadilan sosial, memperkuat keadilan yang lengkap dalam alokasi dan perlakuan, dalam pemutusan, pelaksanaan,perolehan hasil dan pemikiran resiko, dengan memaksimalisasi kelompok-kelompok minimum dalam pemanfaatan pengembangan teknologi. Berkat kemajuan IPTEK, kini kita begitu mudah berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat dunia. Terjadinya proses akulturasi dan pengaruh nilai-nilai kebudayaan antar bangsa secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi nilai, tata hidup, gaya hidup, sikap hidup, maupun pikiran kita. Untuk itu diperlukan sikap bijaksana, yaitu kesediaan untuk membuka diri terhadap tuntutan jaman, sekaligus waspada terhadap nilai-nilai sosial budaya dari luar. Hanya nilai-nilai yang sesuai dengan kepribadian kita yang kita serap. Dengan meningkatnya hubungan antar bangsa di dunia, maka pengaruh tata nilai dan budaya luar akan makin tinggi pula masuk ke Indonesia. Akibatnya kalau kita tidak mempunyai ketahanan mental, ideologi, dan kewaspadaan kita dapat menjadi korban globalisasi dan pergaulan antar bangsa. Sadar akan besarnya bahaya yang akan mengancam moralitas bangsa, pemerintah mengambil langkah-langkah guna mempertahankan kepribadian bangsa Indonesia kepribadian yang dimaksud adalah kepribadian yang berakar dan bersejarah dan kebudayaan Indonesia. Yaitu kebudayaan yang menghargai keserasian dan keselarasan sebagai nilai esensial. Nilai-Nilai yang Dapat Merusak Kepribadian Bangsa dan pengaruh dampak negatif iptek Adapun beberapa nilai-nilai yang tidak sesuai atau lebih – lebih yang dapat merusak kepribadian bangsa yang harus kita tolak, misalnya : 1) Sekularisme, yaitu paham atau pandangan falsafah yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu didasarkan pada ajaran agama. 2) Individualisme, yaitu sikap yang mementingkan kepentingan sendiri 3) Hedonisme, yaitu paham yang melihat bahwa kesenangan atau kenikmatan menjadi tujuan hidup dan tindakan manusia 4) Materialisme, yaitu sikap yang selalu mengutamakan dan mengukur segala sesuatu berdasarkan materi. Hubungan batiniah tidak lagi menjadi bahan pertimbangan dalam hubungan antar manusia 5) Ekstremisme, yaitu pikiran atau tindakan seseorang yang melampaui batas kebiasaan / norma-norma yang ada dan berlaku di suatu tempat 6) Chauvinisme, yaitu paham yang mengagung-agungkan bangsa sendiri dan merendahkan bangsa lain 7) Elitisme, yaitu sikap yang cenderung bergaya hidup berbeda dengan rakyat kebanyakan 8) Konsumenisme, yaitu paham atau gaya hidup menganggap barang-barang sebagai ukuran kebahagiaan dan kesenangan 9) Diskriminatif, yaitu sifat seseorang yang suka membeda-bedakan antar yang satu dengan lainnya 10. Glamoristik, yaitu sikap atau gaya hidup suka menonjolkan kemewahan

Meneladani Kesabaran Nabi Ibrahim AS “Sabar itu pahit melebihi empedu; tetapi hasilnya manis melebihi madu”. Demikian pernyataan bijak memotivasi kita untuk bersabar dalam hidup ini. Kata sabar memang semakin populer ketika bangsa ini dihimpit oleh berbagai bencana. Banjir bandang di Wasior, gempa dan tsunami di Mentawai serta letusan gunung merapi di perbatasan Yogyakarta dan Jateng menjadi duka nasional yang memprihatinkan. Rentetan musibah yang datang menjelang hari raya besar umat Islam, Idul Adha, mengingatkan kita kembali kepada sosok Nabi Ibrahim As sebagai sang teladan. Ada dua Nabi yang ditegaskan Allah sebagai uswatun hasanah dalam al-Qur’an, yaitu Nabi Muhammad SAW (al-Ahzab/33: 21) dan Nabi Ibrahim as (Qs. Al-Mumtahanah/60: 4). Banyak hal yang dapat diteladani dari Nabi Ibrahim, salah satu di antaranya adalah sifat sabar. Paling tidak ada tiga fase perjuangan dalam hidup Nabi Ibrahim as yang membutuhkan kesabaran tingkat tinggi. Pertama, upaya menemukan keyakinan yang benar (tauhid). Awalnya, Ibrahim dibesarkan dalam keluarga yang menyembah berhala. Bahkan ayahnya pemahat patung yang disembah oleh masyarakat setempat. Ibrahim pun melakukan pemberontakan terhadap apa yang disembah oleh ayah dan kaumnya. Pencarian awal masih bersifat empiris di mana ketika malam tiba, ia menyaksikan bintang-bintang yang gemerlapan. Muncullah ketakjuban dalam dirinya sehingga ia menyangka jika bintang itu adalah tuhan. Namun tatkala bintang-bintang itu sirna ia bergumam, “Aku tidak suka kepada Tuhan yang tenggelam”. Lalu ia melihat bulan dengan sinarnya yang indah dan cemerlang. Lantas ia pun berpikir inilah tuhanku. Akan tetapi bulan itu pun tenggelam lalu ia berkata “Sungguh jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. Keesokan harinya ia melihat matahari bersinar terang, dia pun berkata “inilah tuhanku, sebab ini lebih besar”. Lagi-lagi benda yang ia anggap tuhan itu tenggelam di ufuk Barat. Pencarian Tuhan yang ia lakukan berakhir dengan adanya petunjuk (hidayah) dari Allah. Ia pun menyimpulkan dan berikrar, “Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mentaati) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik”. (lihat kisah ini dalam QS. Al-An’am/6: 76-78). Inilah awal perjuangan yang berat dialami oleh Nabi Ibrahim. Suatu perjuangan yang mendobrak tradisi bahkan keyakinan yang sudah mengakar di tengah-tengah masyarakatnya. Konsekuensinya adalah Ibrahim dibenci, termasuk oleh ayah yang dikasihinya. Bahkan sang ayah mengancam akan merajam dan akhirnya mengusir Ibrahim pada waktu yang lama (QS. Maryam/19: 42-46). Suatu perjuangan yang amat pahit, dengan kesabaran dalam menemukan hakikat kebenaran, akhirnya membuahkan hasil yang gemilang; itulah hidayah dari Allah. Bahkan, ia pun diangkat sebagai Rasulullah (QS. Al-Baqarah/2: 124). Kedua, memperjuangkan akidah dan berhadapan dengan Namrud. Sebagai seorang Nabi, Ibrahim pun mengajak kaumnya untuk menyembah Allah yang menciptakan langit dan bumi. Ia tetap melakukan dialog yang argumentatif untuk meyakinkan kaumnya. Akan tetapi kebanyakan dari mereka tetap berpegang teguh kepada ajaran nenek moyangnya. Menyikapi kondisi itu, Nabi Ibrahim AS membuat siasat untuk menyadarkan kaumnya. Suatu ketika ia memasuki biara tempat patung-patung dikumpulkan dan dipuja. Ia menghancurkan patung-patung itu berkeping-keping, kecuali yang terbesar dibiarkan tetap utuh untuk memancing mereka agar bertanya. Namun upaya yang terkesan dengan cara “kekerasan” itu tidak membuahkan hasil yang gemilang. Ibrahim yang telah dicurigai sebagai pelaku penghancuran berhala itu menjawab pertanyaan mereka: “Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka jika mereka dapat berbicara”. Awalnya, jawaban itu memang membuat mereka terpana dan menundukkan kepala. Mereka pun berkata: “Engkau pasti tahu bahwa (berhala-berhala) itu tidak dapat berbicara?”. Ibrahim menjawab: “Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kamu?” Akan tetapi mereka bukan tunduk, malah sebaliknya semakin berang dan berteriak: “Bakar Ibrahim, bantulah tuhan kalian.” Mereka pun membakar tubuh Ibrahim di antara tumpukan kayu bakar. Kesabaran yang begitu kuat di dada Ibrahim tidak membuatnya surut menegakkan kebenaran, meskipun nyawa taruhannya. Lagi-lagi sifat sabar yang pahit itu berbuah hasil yang manis. Api yang sifatnya membakar tiba-tiba keluar dari hukumnya; api panas dan membakar kayu, tetapi tidak membakar tubuh Ibrahim (QS. Al-Anbiya’/21: 52-70). Api yang merupakan makhluk Allah yang senantiasa tunduk kepada hukum Allah segera mematuhi perintah Allah agar dingin dan menyelamatkan tubuh Ibrahim, sebab Ibrahim adalah makhluk Allah yang taat. Ketiga, Nabi Ibrahim as menginginkan seorang anak. Hampir seabad usia Nabi Ibrahim, namun ia belum juga dianugerahkan seorang anak. Karena besarnya keinginan itu, ia pun mengikuti keinginan istrinya, siti Sarah, agar menikahi pembantunya, Siti Hajar. Bagi Ibrahim, beristri dua bukan karena syahwat, tetapi menginginkan keturunan yang shaleh, yang diharapkan kelak melanjutkan perjuangannya dalam menegakkan agama tauhid. Allah pun menganugerahkan seorang anak yang berkarakter halim (QS. Al-Shaffat 101), yang diberi nama Isma’il. Namun, anak yang berpuluh tahun dinanti kelahirannya, ketika tampak sifatnya yang mulia lagi cerdas, Allah malah menguji cinta Nabi Ibrahim; apakah lebih mencintai Isma’il atau tuhannya? Allah pun memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih Ibrahim melalui mimpinya (QS. Al-Shaffat/37: 102). Suatu ujian yang sangat mengguncang batin; sulit dilakukan oleh orang tua dimana pun. Dengan sabar, Ibrahim menjalankan perintah itu demi cintanya kepada Allah. Tapi cintanya kepada Allah tidaklah sia-sia. Sebelum penyembelihan itu terjadi, Allah mengganti tubuh Isma’il dengan seekor sembelihan (kibas/kambing). Peristiwa ini menjadi amal yang disyari’atkan kepada umat Muhammad berupa penyembelihan hewan kurban di bulan haji. Tiga fase perjuangan Nabi Ibrahim as di atas sesungguhnya ujian yang berat ditimpakan Allah kepadanya. Namun, dengan keimanan dan kesabaran yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim, perjuangan itu berbuah hasil yang menggembirakan. Inilah yang dijanjikan Allah kepada orang yang beriman lagi sabar, mereka dilimpahkan keselamatan, kasih sayang (rahmat), dan hidayah (Qs. Al-Baqarah/2: 157). Jika kita merujuk pendapat Imam al-Ghazali, ada tiga bentuk kesabaran yang mesti dimiliki oleh setiap muslim, yaitu: sabar dalam ketaatan, sabar dalam kemaksiatan, dan sabar dalam menghadapi musibah. Tampaknya ketiga bentuk kesabaran ini dimiliki oleh Nabi Ibrahim. Sabar dalam ketaatan, ia siap menyembelih putra kesayangannya demi mematuhi peraturan Allah. Sabar dalam kemaksiatan, ia terhindar dari penyembahan terhadap berhala meski dibenci dan dimusuhi oleh banyak orang. Begitu pula sabar dalam musibah, ia tetap sabar menunggu berpuluh tahun kelahiran putranya hingga di usia relatif senja. Sebagai umat Nabi Muhammad SAW; kita patut meneladani kesabaran Nabi Ibrahim as. Sudah seberapa besar tingkat kesabaran kita dalam menghadapi berbagai musibah/ujian yang diberikan Allah. Sudah seberapa pula pengorbanan yang kita lakukan untuk memperjuangkan aqidah dan menebarkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat? Sepahit apa pun musibah yang menimpa kita, terutama berbagai bencana alam yang ada; maka kesabaran menjadi kunci utama. Sabar bukan berarti pasrah tanpa ikhtiar. Sabar hendaknya menjadi muatan nurani, kekuatan batin yang memotivasi hidup agar tetap optimis dan punya semangat juang yang tinggi dalam menjalani hidup ini sesuai petunjuk Ilahi. Perkuat keimanan, perdalam ilmu pengetahuan, perbanyak menebar kabaikan, insya Allah ada hikmah besar di balik bencana bagi bangsa ini. Ingatlah, kesabaran tidak akan disia-siakan oleh Allah Yang Maha Sabar (ash-Sabur). Wallahu a’lam.

"Kiat Memelihara Ilmu"

Kiat Memelihara Ilmu “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. Al-Mujadilah/58: 11). Ilmu pengetahuan sangat menentukan kesuksesan dan kebahagiaan seseorang. Dengan ilmu, harkat dan martabat seseorang bisa terangkat. Dan dengan ilmu pula seseorang mudah melakukan perubahan hidupnya ke arah yang lebih baik. Rasulullah SAW pun menegaskan bahwa ilmu menjadi syarat utama untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hanya saja tidak semua orang yang telah memperoleh ilmu mampu memeliharanya. Akibatnya ia termasuk kepada kelompok orang-orang yang lupa (ghafilun). Lupa yang dimaksud bisa dalam dua hal; pertama, lupa dalam bentuk ingatan sehingga apa yang telah ia ketahui dan pelajari tidak mampu ia kemukakan. Lupa jenis ini biasa terjadi pada seorang pelajar. Ia telah belajar di sekolah hingga di bangku kuliah, namun tidak semua ilmu yang ia peroleh dapat bertahan dalam ingatannya. Akibatnya, ia sulit mengembangkan dirinya di tengah-tengah masyarakat sesuai dengan ilmu yang telah dipelajari. Kedua, lupa dalam bentuk perilaku, yaitu tidak sesuai antara apa yang ia ketahui dengan apa yang ia lakukan. Singkatnya, ia menjadi lupa diri. Berilmu tapi tak beramal. Ilmu yang dimiliki tidak menjadi muatan nurani. Dan ia mengalami split personality (kepribadian yang terpecah). Bisa jadi seseorang menguasai berbagai cabang keilmuan, memiliki sederatan gelar akademik, tetapi berindak kriminal, korup, dan tampil sebagai penentang ayat-ayat Tuhan. Kedua bentuk lupa akibat tidak terpeliharanya ilmu di atas menunjukkan bahwa ilmu yang dimiliki tidak memperoleh keberkahan. Karena itu perlu dilakukan berbagai upaya agar ilmu itu tetap terpelihara dan menjadi sikap batin yang mempengaruhi perbuatan seseorang. Rasulullah SAW pernah mengemukakan ada lima kiat yang harus dibiasakan seseorang agar ilmunya tetap terpelihara. Pertama, shalat malam walau hanya dua rakaat (shalatullaili walau rak’ataini). Daya ingat sangat dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi seseorang ketika menerima dan menyerap ilmu pengatahuan. Jika tingkat konsentrasinya tinggi, maka ia akan mudah menyerap suatu ilmu. Konsentrasi itu perlu dilatih. Salah satu cara yang ditempuh untuk melatihnya adalah dengan membiasakan shalat malam pada waktu sepertiga akhir malam, sebab shalat membutuhkan kekhusyukan. Selain itu, shalat malam udara demikian segar dan baik untuk kesehatan. Ketika seseorang sujud di waktu tahajud, maka darah yang mengandung oksigen dari udara yang segar itu akan mengalir ke sel-sel syaraf otak. Hal ini akan berdampak positif terhadap kecerdasan otak itu sendiri. Tidak saja otak, qalbu pun memperoleh ketenangan dan terhindar dari penyakit-penyakiti hati. Semua ini akan mendorong seseorang untuk mampu memelihara ilmunya; untuk diingat dan diamalkan. Kedua, senantiasa dalam keadaan berwudhu’ (dawamul wudhu’). Setiap kali wudhu-nya batal, maka ia segera memperbaharuinya. Intinya, ia selalu memelihara kesucian dirinya, baik secara lahiriyah maupun batiniyah. Secara lahiriyah, kebersihan dan kesucian jasmani akan menambah kebugaran dan kesehatan fisik. Kesehatan ini menjadi modal utama untuk mudah menerima dan memelihara ilmu. Demikian pula kesucian rohani sangat mempengaruhi ingatan seseorang. Hal ini pernah dialami oleh Imam Syafi’i. ketika ia masih menjadi seorang pelajar, ia pernah mengeluh soal penyakit lupa ini kepada gurunya imam waqi'. Katanya dalam satu syair, "aku mengeluh kepada guruku (imam waqi) akan jeleknya hafalanku, maka guruku menasehati untuk meninggalkan maksiat. karena sesungguhnya ilmu itu adalah cahaya Allah dan cahaya itu tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat". Ketiga, senantiasa bertakwa baik dalam keadaan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi (at-taqwa fissirri wal ‘alaniyah). Takwa berarti tidak bermaksiat. Maksiat akan menutup hidayah Allah sehingga ilmu yang ia pelajari tidak terpelihara, sebagaimana yang dijelaskan imam Waqi di atas. Takwa juga berarti sikap berhati-hati. Seorang pelajar yang menuntut ilmu harus teliti dan berhati-hati dalam membaca, menelaah dan memperoleh ilmu pengetahuan. Sikap takwa itu juga mesti dilakukan secara konsisten, baik di hadapan orang ramai, maupun dalam keadaan sunyi. Begitu pula sikap belajar, jika seseorang hanya tekun menuntut ilmu di saat banyak yang menyaksikan, maka ilmu yang ia pelajari tidak akan melekat dalam ingatannya. Keempat, memakan makanan yang bernilai takwa, bukan memenuhi keinginan syahwat (an ya’kula littaqwa la lisysyahawat). Makanan yang bernilai takwa adalah makanan yang halalan tayyiban. Halal berarti tidak dilarang secara syariat, sedangkan tayyib berarti baik untuk kesehatan sesuai dengan kondisi seseorang. Jika makanan yang dikonsumsi haram, baik zat atau cara memperolehnya, akan mengakibatkan rohaniah seseorang kotor dan berpenyakit. Itu sama artinya dengan bermaksiat, sebagaimana yang dijelaskan di atas. Imam al-Ghazali pun pernah berkata bahwa sesuap makanan yang haram dikonsumsi seseorang akan menjadi darah yang mengalir ke otaknya sehingga otaknya cenderung berpikir kepada hal-hal yang diharamkan. Akibatnya, ilmu yang merupakan cahaya Allah (nur Allah) akan terhijab karena haramnya makanan tersebut. Sebaliknya, jika makanan itu tidak bergizi, maka daya tahan tubuhnya akan mudah terserang penyakit. Kelima, bersiwak. Siwak artinya menggosok gigi, sehingga mulutnya bersih, sehat dan segar. Mulut menjadi organ tubuh yang turut terlibat dalam proses pencarian dan pengembangan ilmu. Bahkan transfer ilmu yang dilakukan dalam proses pembelajaran masih banyak yang menggunakan cara lisan di samping tulisan. Namun, siwak yang dimaksud tidak saja dalam artian fisik. Tetapi yang lebih penting lagi adalah membersihkan lidah dari perkataan-perkataan yang kotor, menyakitkan orang lain dan tidak berfaedah. Tegasnya, orang yang berilmu akan semakin bertambah ilmunya jika ia mampu berkomunikasi dengan baik. Tanpa komunikasi yang baik maka ilmu pengetahuan akan sulit diperoleh dan dikembangkan. Kelima kiat di atas mesti dibiasakan oleh setiap orang yang menginginkan ilmunya terpelihara sehingga Allah mengangkat derajatnya. Tentu semua itu mesti dilandasi oleh iman yang kuat lagi mantap. Dengan begitu, maka terjadi sinergisitas antara iman, ilmu dan amal. Wallahu a’lam.

Pendidikan Karakter Berbasis al-Qur’an Kunci keberhasilan dakwah Rasulullah SAW adalah keagungan akhlak yang dimilikinya (Qs. Qalam/68: 4). Dengan modal itu, maka beliau pun menjadi teladan/uswatun hasanah (Qs. Al-Ahzab/33: 21) bagi umatnya. Hanya dalam 23 tahun ia berhasil menjalankan misinya dalam menyempurnakan akhlak manusia (li utammima makaarim al-akhlaq) sehingga masyarakat jahiliyah berganti menjadi masyarakat madani. Lalu bagaimana bentuk keagungan akhlak Nabi Muhammad SAW itu? Pertanyaan ini juga pernaha dirasakan oleh para sahabat sehingga di antara mereka ada yang bertanya kepada Siti A’isyah. Istri Nabi Muhammad ini pun menjawab: kana khuluquhu al-Qur’an, akhlaknya adalah al-Qur’an (HR. Abu Dawud dan Muslim). Demikianlah karakter Nabi Muhammad SAW. Ia laksana al-Qur’an berjalan. Dengan al-Qur’an itu pula ia mendidik para sahabatnya sehingga memiliki karakter/akhlak yang begitu kuat. Sahabat-sahabat yang berkarakter berbasis al-Qur’an tersebut menjadi modal utama dalam membangun masyarakat berperadaban tinggi. Belajar dari keberhasilan Rasulullah SAW tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mendidik karakter manusia, terutama yang mengaku Islam sebagai agamanya, mesti berdasarkan kepada al-Qur’an. Dalam konteks kekinian, pendidikan karakter menjadi tema hangat untuk diterapkan melalui lembaga pendidikan formal. Bahkan Kementerian Pendidikan Nasional melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum telah merumuskan program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” atau disingkat dengan PBKB, sejak tahun 2010 lalu. Dalam proses PBKB, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat. Dan dalam program tersebut, terdapat 18 nilai yang dikembangkan, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komuniktif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung-jawab. Program ini patut direspon oleh masyarakat, terutama praktisi pendidikan dan stakeholder yang terkait. Namun, konsep PBKB masih bersifat umum sehingga masih membutuhkan ide-ide kreatif dalam pengembangannya. Di era otonomi ini, pemerintah daerah, termasuk sekolah, sesungguhnya memperoleh peluang yang besar untuk mengembangkan berbagai program yang sesuai dengan kebutuhannya, termasuk mengembangkan konsep pelaksanaan pendidikan karakter tersebut. Selaku umat Islam yang meyakini al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, sejatinya memanfaatkan peluang ini. Lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, madrasah termasuk sekolah umum yang terdapat di dalamnya—apalagi mayoritas—siswa beragam Islam, seyogyanya merumuskan konsep pendidikan karakter berbasis al-Qur’an. Sebab secara teologis, mustahil seorang muslim yang mengabaikan al-Qur’an memiliki karakter atau akhlakul karimah sebagaimana yang diinginkan dalam ajaran Islam itu sendiri. Ironis, jika lembaga pendidikan tidak memberikan kesempatan bagi peserta didik muslim untuk memahami al-Qur’an sekaligus menjadi acuan dalam membentuk karakternya. Akibatnya, mereka akan menjadi manusia yang mengakui Islam sebagai agamanya, tetapi karakternya tidak sesuai tuntunan al-Qur’an. Keberadaan mereka justru merusak nama baik Islam itu sendiri. Untuk itu, sikap kebergamaan kita harus tersentuh menyikapi persoalan ini. Hakikat pendidikan karakter itu sendiri adalah penanaman nilai, membutuhkan keteladanan dan harus dibiasaan, bukan diajarkan. Jika dalam konsep PBKB yang disusun oleh Puskur terdapat 18 nilai, maka dalam perspektif al-Qur’an jauh melebihi angka tersebut. Namun untuk memudahkan penanaman nilai tersebut, perlu dirumuskan secara sederhana sesuai dengan tingkat pendidikan itu sendiri. Paling tidak nilai-nilai itu bisa dikelompokkan dalam empat hal. Pertama, nilai yang terkait dengan hablun minallah (hubungan seorang hamba kepada Allah), seperti ketaatan, keikhlasan, syukur, sabar, tawakal, mahabbah, dan sebagainya. Kedua, nilai hablun minannas, yaitu nilai-nilai yang harus dikembangkan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia, seperti tolong-menolong, empaty, kasih-sayang, kerjasama, saling mendoakan dan memaafkan, hormat-menghormati, dan sebagainya. Ketiga, nilai yang berhubungan dengan hablun minannafsi (diri sendiri), seperti: kejujuran, disiplin, amanah, mandiri, istiqamah, keteladanan, kewibawaan, optimis, tawadhu’, dan sebagainya. Dan keempat, nilai hablun minal-‘alam (hubungan dengan alam sekitar), seperti: keseimbangan, kepekaan, kepeduliaan, kelestarian, kebersihan, keindahan, dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut mesti dikembangkan lebih lanjut dengan merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an. Nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an itu sesungguhnya memiliki makna yang lebih luas, kompleks dan aplikatif jika dibandingkan dengan nilai-nilai yang muncul dari hasil pikiran manusia. Misalnya, nilai istiqamah jauh lebih luas dari nilai komitmen dan konsisten. Begitu pula makna ikhlash jauh lebih mendalam dibandingkan dengan makna rela berkorban. Bahkan istilah akhlak pun jauh lebih kompleks dibanding dengan istilah moral dan etika. Dan masih banyak contoh lainnya. Adapun bentuk pelaksanaannya, bisa menyesuaikan dengan konsep pengembangan pendidikan karakter sebagaimana yang disusun oleh Puskur. Beberapa nilai yang telah dirumuskan dapat dikembangkan melalui kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler atau pengembangan diri dan budaya sekolah. Pada kegiatan intrakurikuler, nilai-nilai tersebut harus dirumuskan dalam bentuk “Indikator Penanaman Nilai” oleh guru dalam rencana pembelajarannya untuk diintegrasikan dengan materi tiap mata pelajaran. Dengan begitu tak satu pun materi yang bebas dari nilai. Selain itu, proses pembelajarannya pun sebaiknya diintegrasikan dengan ayat-ayat al-Qur’an. Dalam hal ini, ayat-ayat al-Qur’an akan menjadi basis terhadap suatu ilmu sehingga siswa tidak saja memperoleh pengetahuan, tetapi diharapkan memperoleh keberkahan dari ilmu itu sendiri. Pada kegiatan ekstrakurikuler, mesti dikembangkan kegaitan-kegiatan yang relevan dengan nilai-nilai al-Qur’an. Kegiatan-kegiatan yang bertentangan, seperti kegiatan yang memperlihatkan aurat, pelaksanaan kegiatan yang mengabaikan waktu shalat, dan sebagainya mestilah ditinggalkan. Sebaliknya, kegiatan-kegaitan yang langsung bersentuhan dengan al-Qur’an mesti menjadi prioritas. Misalnya, Tahsin Qur’an, Tilawah al-Qur’an, Tahfizh al-Qur’an, Seni Kaligrafi, Muhadharah, dan lainnya. Sedangkan penanaman nilai pada budaya sekolah harus dirumuskan dalam bentuk beberapa aturan sehingga terjadi proses pembiasaan dan pembudayaan. Seperti tadarus di awal pembelajaran, setiap guru membuka pelajaran dengan membaca surat-surat pendek, membudayakan ucapan salam, mengedepankan keteladanan, malu melanggar peraturan, menjalin interaksi dengan kasih sayang, menjaga kebersihan dan sebagainya. Dalam hal ini, pemberian reward (penghargaan) lebih dikedepankan dari pada punishment (hukuman). Proses pembelajaran al-Qur’an pun harus dilakukan secara kontiniu dan sistematis. Peserta didik harus dibimbing untuk membaca, memahami dan berupaya untuk mengamalkan ayat-ayat al-Qur’an. Peserta didik juga dituntut untuk menghafal ayat-ayat al-Qur’an. Bukankah Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya (hatinya) tidak ada bacaan Al-Qur`an (yakni tidak memiliki hafalannya) ibarat sebuah rumah yang hendak roboh. (HR. At-Tirmidzi, dan lainya). Tidak saja upaya dari sekolah, orang tua di lingkungan rumah tangga, menjadi pelopor utama dalam pembentukan karakter berbasis al-Qur’an. Orang tua juga dituntut untuk menanamkan kecintaan terhadap al-Qur’an kepada anak-anaknya sedini mungkin. Itu sebabnya seorang ibu yang sedang hamil dianjurkan untuk banyak membaca al-Qur’an. Kelak si anak telah pandai membaca al-Qur’an, orang tua pun diminta untuk tadarus bersama anak-anaknya. Sungguh tepat kebijakan Kementerian Agama RI tentang program “Gemmar (Gerakan Maghrib) Mengaji”. Dan program ini sejatinya didukung oleh para orang tua. Demikian halnya masyarakat, diharapkan berperan aktif mengkaji al-Qur’an dan berupaya untuk menjadikannya sebagai karakter diri dan masyarakat sekitarnya. Jika sekolah mau dan bertekad menjadikan al-Qur’an sebagai basis dari pelaksanaan pendidikan karakter, maka niscaya ketenangan dan keberkahan akan dilimpahkan Allah kepada mereka. Sabdanya: Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah Azza wa Jalla untuk membaca Kitabullah (Al-Qur`an) dan mereka saling mempelajarinya kecuali sakinah (ketenangan) akan turun kepada mereka, majlis mereka penuh dengan rahmat dan para malaikat akan mengelilingi (majlis) mereka serta Allah akan menyebutkan mereka (orang yang ada dalam majlis tersebut) di hadapan para malaikat yang di sisi-Nya (HR. Muslim). Kini, dibutuhkan niat, dukungan, dan komitmen dari berbagai pihak yang masih mengakui al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya; baik dari kalangan pemerintah, kaum intelektual, praktisi pendidikan, orang tua dan masyarakat untuk merumuskan pendidikan karakter berbasis al-Qur’an. Jika tidak, maka al-Qur’an hanya sebagai hiasan lemari dan tercerabut dari hati sanubari. Wallahu a’lam.

" I’jaz Al-Qur’an "

I’jaz Al-Qur’an BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dunia yang begitu luas ini, Allah SWT menciptakan berbagai makhluk, gunung-gunung yang besar, lautan yan besar dan berombak dan samudera yang luas. Demikianlah Allah menciptakan alam semesta ini atas kuasaNya dan kepada manusia, Allah memberikan beberapa keistimewaan. Di antaranya adalah kemampuan berpikir yang digunakan untuk membukakan rahasia-rahasia unsur-unsur kekuatan yang tersembunyi di alam ini. Begitu pula para nabi yang di utus oleh Allah selalu dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia terhadap pesan dan misi yang dibawa oleh Nabi. Dan mukjizat itu selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian masyarakat yang dihadapi tiap-tiap nabi (Harun Sihab, dalam Rosihon Anwar, 2009:9). Namun apakah suatu mukjizat itu dapat ditandingi? Berdasarkan alasan di atas. Maka makalah ini membahas topik tentang i’jaz Al-Qur’an. Dimana akan dijelaskan mengenai dasar pembahasan i’jaz Al-Qur’an dan keindahan dari segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah: 1. Apakah pengertian i’jaz Al-Qur’an? 2. Apakah macam-macam i’jaz Al-Qur’an itu? 3. Bagaimanakah unsur-unsur dari mukjizat itu? 1.3 Tujuan Dari rumusan masalah tersebut dapat diketahui tujuan dari makalah, yaitu: 1. Mengetahui arti i’jaz Al-Qur’an 2. Mengetahui macam-macam i’jaz Al-Qur’an. 3. Mengetahui unsur-unsur dari mukjizat. BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN Kata i’jaz diambil dari kata kerja ajaza-i’jaz yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Maidah:31 yang berbunyi: Artinya: ”….mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini” (Al-Maidah:31) Lebih jauh lagi, Al-Qaththan (dalam Rosihon Anwar, 2000:10) mendefinisikan i’jaz dengan ”memperlihatkan kebenaran Nabi SAW atas pengakuan kerasulannya, dengan cara membuktikan kelemahan orang Arab dan generasi sesudahnya untuk menandingi kemukjizatan Al-Qur’an”. Sedangkan pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai mukjizat. Dalam hal ini mukjizat didefinisikan oleh para pakar agama islam sebagai ”suatu hal atau peristiwa luara biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya, sebagai tantangan bagi orang yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, tetapi tidak melayani tantangan itu (Quraish Shihab dalam Rosihon Anwar, 2000:10). Sedangkan Al-Qaththan (dalam Rosihon Anwar, 2000:11) menyimpulkan bahwa ”Mukjizat itu merupakan suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai dengan unsur tantangan, dan tidak akan dapat ditandingi”. Jadi menurut Hamzah (2003:-) mendefinisikan bahwa ”i’jaz Al-Qur’an adalah ilmu Al-Qur’an yang membahas kekuatan susunan lafal dan kandungan Al-Qur’an, sehingga dapat mengalahkan ahli-ahli Bahasa Arab, dan ahli-ahli lainnya.” 2.2 MACAM-MACAM I’JAZ AL-QUR’AN Dalam sebuah buku yang berjudul ”Al-I’jaz Qur’any fi Wujuhil Muktasyifah”, macam-macam i’jaz Al-Qur’an yan terungkap antara lain: i’jaz balaghi (berita mengenai hal ghaib), i’jaz tasyri’ (perundang-undangan), i’jaz ilmi, i’jaz lughawi (keindahan redaksi Al-Qur’an), i’jaz thibby (kedokteran), i’jaz falaky (astronomi), i’jaz adady (jumlah), i’jaz i’lami (informasi), i’jaz thabi’i (fisika) dan lain sebagainya. Karena banyaknya berbagai macam i’jaz Al-Qur’an, maka dalam hal ini akan diuraikan beberapa bagian dari macam-macam i’jaz Al-Qur’an yang disebut dalam buku ”Al-I’jazal Qur’any fi wujuhil Muktasyifah”, antara lain: 1. I’jaz Balaghy (berita tentang hal-hal yang ghaib) Sebagian ulama’ mengatakan bahwa mukjizat Al-Qur’an adalah berita ghaib, contohnya adalah Fir’aun yang mengejar Nabi Musa as, hal ini diceritakan dalam QS. Yunus: 92 Artinya: ”Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami” (QS. Yunus:92) Berita-berita ghaib yang terdapat pada wahyu Allah SWT yakni Taurat, Injil, dan Al-Qur’an merupakan mukjizat. Berita ghaib dalam wahyu Allah SWT it membuat manusia takjub, karena akal manusia tidak mampu mencapai hal-hal tersebut. 2. I’jaz Lughawy (keindahan redaksi Al-Qur’an) Menurut Shihab (dalam Rosihon Anwar, 2000:34) memandang segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an dalam 3 aspek, di antaranya aspe k keindahan dan ketelitian redaksinya. Dalam Al-Qur’an dijumpai sekian banyak contoh keseimbangan yang serasi antara kata-kata yang digunakan, yaitu: Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna yang dikandungnya. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah yang menunjukkan akibatnya. 3. I’jaz ’Ilmi Di dalam Al-Qur’an, Allah mengumpulkan beberapa macam ilmu, di antaranya ilmu falak, ilmu hewan. Semuanya itu menimbulkan rasa takjub. Beginilah i’jaz Al-Qur’an ilmi itu betul-betul mendorong kaum muslimin untuk berfikit dan membukakan pintu-pintu ilmu pengetahuan. Menurut Quraish Shihab, banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur’an, misalnya: Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri dan cahaya bulan merupakan pantulan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 5. Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan nafas. Hal itu diisyaratkan dalam firman Allah: ”Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dada orang itu untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah dia sedang mendaki ke langit.” (QS. Al-An’am: 125) Perbedaan sidik jari manusia, sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah SWT: ”Bukan demikian, sebenarnya Kami berkuasa menyusun (kembali) jari-jarinya dengan sempurna.” (QS. Al-Qiyamah: 4) Aroma manusia berbeda-beda, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT surat Yusuf ayat 94 Masa penyusunan yang sempurna. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah surat Al-Baqoroh ayat 233 Adanya nurani (superego) dan bawah sadar manusia sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah surat Al-Qiyamah ayat 14-15. Demikianlah petunjuk-petunjuk ilmiyah dan pandangan-pandangan orang yang terdapat dalam Al-Qur’an merupakan hidayah Allah. Oleh sebab itu orang harus memepergunakan akalnya untuk membahas dan memikirkannya. Sayyid Quthb dalam tafsirnya tentang firamnAllah yang berbunyi: ”Mereka bertanya tentang bulan sabit, katakanlah bahwa bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan bagi (ibadah) haji.” (QS. Al-Baqoroh: 189) 4. I’jaz Tasyri’i Al-Qur’an menetapkan peraturan pemerintah Islam, yakni pemerintah yang berdasarkan musyawarah dan persamaan serta mencegah kekuasaan pribadi. Firman Allah SWT: ”Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” (QS. Ali Imron: 159) Di dalam pemerintahan Islam, tasyri’i itu tidak boleh ditinggalkan. Al-Qur’an telah menetapkan bila keluar dari tasyri’ Islam itu hukumnya kafir, dzalim, dan fasik. Firman Allah SWT: ”Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka ini adalah orang-orang kafir” (QS. Al-Maidah: 44) Al-Qur’an menetapkan perkara yang sangat dibutuhkan oleh manusia, yakni agama, jiwa, akal, nasab (keturunan) dan harta benda. Di atas lima perkara ini disusun sanksi-sanksi hukum yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Ini dapat dilihat dalam fiqh Islam, yaitu yang bersangkutan dngan jinayat dan huduud. ”Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah masing-masingnya itu seratus kalii dera” (QS. An-Nur: 2) 5. I’jaz ’Adady (Jumlah) I’jaz ’adady merupakan rahasia angka-angka dalam Al-Qur’an. Seperti dikatakan ”sa’ah” disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 24 kali, sama dengan jumlah jam dalam sehari semalam. Selain itu Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada tujuh. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula dalam surat Al-Baqoroh: 29, surat Al-Isra’: 44, surat Al-Mukminun: 86, surat Fushshilat: 12, surat Ath-Thalaq: 12, surat Al-Mulk: 3, dan surat Nuh: 15. Adapula kata-kata yang menunjukkan utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir (pembawa berita gembira) atau nadzir (pemberi peringatan), kesemuanya berjumlah 518 kali. Jumlah ini sama dengan penyebutan nama-nama nabi, rasul, dan pembawa berita yakni 518 kali. 2.3 UNSUR-UNSUR MUKJIZAT Sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab (dalam Rosihon Anwar, 2000:11), bahwa unsur-unsur mukjizat adalah: Hal atau peristiwa yang luar biasa. Peristiwa-peristiwa alam, walaupun menakjubkan, tidak dinamai mukjizat, karena peristiwa tersebut merupakan sesuatu yang biasa, yang dimaksud dengan luar biasa. Yang dimaksud luar biasa adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab akibat yang hukum-hukumnya diketahui secara umum. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang Nabi. Apabila keluarbiasaan bukan dari seoranag Nabi, tidak dinamai mukjizat. Demikian pula sesuatu yang luar biasa pada diri seseorang yang kelak bakal menjadi Nabi ini pun tidak dinamai mukjizat melainkan irhash dan keluarbiasaan yang terjadi pada seseorang yang taat dan dicintai oleh Allah SWT dinamakan karomah. Bertitik tolak dari keyakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, maka jelas tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalnya. Mengandung tantangan terhadap mereka yang meragukan nabi Di saat ini, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang sejalan dengan ucapan nabi. Kalau misalnya ia berkata ”batu ini dapat berbicara”, tetapi ketika batu itu berbicara, dikatakannya bahwa ”sang penantang berbohong” maka keluarbiasaan ini bukanlah mukjizat, tetapi Ihanah atau Istidraj. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani Bila yang ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, berarti pengakuan sang penantang tidak terbukti. 2.4 ASPEK KEMU’JIZATAN AL QUR’AN Pada umumnya ulama, pengarang dan buku-buku yang berkaitan dengan I’jaz al Qur’an mengemukakan banyak sekali kemukjizatan yang dikandung oleh al Qur’an. Al Qurthuby (w. 256 H/ 1258 M) mengemukakan sepuluh aspek kemukjizatan al Qur’an, yaitu: Aspek bahasanya yang melampaui seluruh cabang bahasa Arab. Gaya bahasanya yang melampaui keindahan gaya bahasa Arab pada umumnya. Keutuhannya yang tidak tertandingi Aspek peraturannya yang tidak terlampaui. Penjelasannya tentang hal-hal yang ghaib hanya dapat ditelusuri lewat wahyu semata. Tidak ada hal yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan (science). Memenuhi seluruh janjinya, baik tentang limpahan rahmat atau ancaman. Pengetahuan yang dikandungnya. Memenuhi keperluan dasar manusia. Pengaruh terhadap qalbu manusia. Sementara al Baqilani (w. 403 H/ 1013 M) dalam kitabnya I’jazat al Qur’an mengemukakan tiga aspek yaitu tentang 1) ke ummy-an Nabi SAW sebagai pengemban wahyu, 2) berita tentang hal yang ghaib, dan 3) tidak adanya kontradiksi dalam al Qur’an. Rusydi AM mengemukakan bahwa kemukjizatan al Qur’an terletak pada segi fashahah dan balaghah-nya, susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada bandingannya. Manna al Qaththan mengemukakan tiga pendapat tentang kadar kemukjizatan al Qur’an yaitu: Mu’tazilah menyatakan keseluruhan al Qur’an merupakan mukjizat, bukan sebagian atau beberapa bagian saja. Sebagian ulama lainnya berpendapat kemukjizatan al qur’an terletak pada sebagian kecil atau sebagian besar al Qur’an, tanpa terkait surat. Pendapat ini didasari firman Allah surat at Thur ayat 34 “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.” Ulama lainnya berpendapat kemukjizatan cukup dengan satu surat lengkap, sekalipun hanya surat pendek. Atau dengan satu atau beberapa ayat. Setelah melalui penelitian yang cermat, akhirnya Manna al Qaththan memutuskan kadar kemukjizatan al Qur’an itu mencakup tiga Aspek yaitu, aspek bahasa, aspek ilmiah dan aspek tasyri’ (penetapan hukum). Penulis yakin, bahwa setiap pembahasan tentu akan menentukan topiknya sendiri dan menentukan fokus kajian sesuai dengan minat dan temuannya masing-masing. Berdasarkan asumsi inilah penulis mencoba (bereksperimen, mudah-mudahan tidak meleset!) membahas beberapa segi kemukjizatan al Qur’an sebagai bentuk ringkasan dari beberapa pendapat di atas terutama pendapat al Qaththan yang akn penulis kembangkan dan elaborasi lebih jauh. BAB III KESIMPULAN Dari kesimpulan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa i’jaz Al-Qur’an merupakan ilmu Al-Qur’an yang membahas kekuatan susunan lafal dan kandungan Al-Qur’an dan menjadikan tidak mampu atau melemahkan bagi penantangnya. Ciri-ciri dari gaya bahasa Al-Qur’an sendiri dapat dilihat dari 3 point, di anataranya: 1. Susunan kata dan kalimat Al-Qur’an, meliputi nada, dan lagamnya yang unik, singkat dan padat, memuaskan para pemikir dan orang awam, memuaskan akal dan jiwa, keindahan dan ketepatan maknanya. 2. Keseimbangan redaksi. 3. Ketelitian redaksinya. 4. Macam-macam i’jaz sendiri sangat banyak, di antaranya: i’jaz balaghi, i’jaz ’adady, i’jaz lughowy, i’jaz tasyri’i dan lain sebagainya.. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Rosihon. 2000. Ilmu Tafsir. Bandung: CV. Pustaka Setia. Denffer, Ahmad von, Ilmu Al Qur’an: Pengenalan Dasar. Diterjemahkan dari buku asli berjudul Ulum Al Qur’an: An Introduction to the Science of Al Qur’an oleh A. Nashir Budiman Jakarta: Rajawali Pers, 1988. Hamzah, Muchottob. 2003. Studi Al-Qur’an Komprehensif. Jogjakarta: Gama Medi Qaththan, Manna’al. 1995. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an 2. Jakarta: PT. Rineka Cipta Qur’anPoin. 2008. Keistimewaan Al-Qur’an, (online). www.quranpoin.com.memahami al-quran/keistimewaan al-quran/html

Lemah Lembutlah dalam Bertutur Kata oleh May Allah Guide Us To The Truth pada 25 Juli 2010 pukul 21:53 Segala puji bagi Allah, yang berhak disembah. Salawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad s.a.w, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.Semakin maju zaman, semakin manusia menjauh dari akhlak yang mulia. Perangai jahiliyah dan kekasaran masih meliputi sebagian kaum muslimin. Padahal Islam mencontohkan agar umatnya berakhlaq mulia, di antaranya adalah dengan bertutur kata yang baik. Akhlaq ini semakin membuat orang tertarik pada Islam dan dapat dengan mudah menerima ajakan. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita perangai yang mulia ini. Perintah Allah untuk Berlaku Lemah Lembut Allah Ta’ala berfirman, وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. ” (QS. Al Hijr: 88) Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi mengatakan, “’Berendah dirilah‘ yang dimaksud dalam ayat ini hanya untuk mengungkapkan agar seseorang berlaku lemah lembut dan tawadhu’ (rendah diri).” Jadi sebenarnya ayat ini berlaku umum untuk setiap perkataan dan perbuatan, iaitu kita diperintahkan untuk berlaku lemah lembut. Ayat ini sama maknanya dengan firman Allah Ta’ala, فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ الله لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ القلب لاَنْفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ “ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159). Yang dimaksud dengan bersikap keras di sini adalah bertutur kata kasar. Dengan sikap seperti ini malah membuat orang lain lari dari kita. Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Berlaku lemah lembut inilah akhlaq Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang di mana beliau diutus dengan membawa akhlaq yang mulia ini.” Keutamaan Bertutur Kata yang Baik Pertama: Sebab Mendapatkan Ampunan dan Sebab Masuk Surga Dari Abu Syuraih, ia berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, يَا رَسُولَ اللَّهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمِلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga.” Beliau bersabda, إِنَّ مِنْ مُوجِبَاتِ الْمَغْفِرَةِ بَذْلُ السَّلامِ، وَحُسْنُ الْكَلامِ “Di antara sebab mendapatkan ampunan Allah adalah menyebarkan salam dan bertutur kata yang baik.” Kedua: Mendapatkan Kamar yang Istimewa di Surga Kelak Dari ‘Ali, Nabi Muhammad s.a.w bersabda, “Di surga terdapat kamar-kamar yang bahagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar.” Kemudian seorang Arab Badui bertanya, “Kamar-kamar tersebut diperuntukkan untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau pun bersabda, لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ “Kamar tersebut diperuntukkan untuk siapa saja yang tutur katanya baik, gemar memberikan makan (pada orang yang butuh), rajin berpuasa dan rajin shalat malam karena Allah ketika manusia sedang terlelap tidur.” Ketiga: Bisa menggantikan Sedekah Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad s.a.w bersabda, الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ “Tutur kata yang baik adalah sedekah.” Dari ‘Adi bin Hatim, Rasulullah s.a.w bersabda, اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ “Selamatkanlah diri kalian dari siksa neraka, walaupun dengan separuh kurma. Jika kalian tidak mendapatkannya, maka cukup dengan bertutur kata yang baik.” Ibnul Qayyim mengatakan, “Nabi Muhammad s.a.w menjadikan tutur kata yang baik sebagai pengganti dari sedekah bagi yang tidak mampu untuk bersedekah.” Ibnu Baththol mengatakan, “Tutur kata yang baik adalah sesuatu yang dianjurkan dan termasuk amalan kebaikan yang utama. Kerana Nabi Muhammad s.a.w (dalam hadits ini) menjadikannya sebagaimana sedekah dengan harta. Antara tutur kata yang baik dan sedekah dengan harta memiliki keserupaan. Sedekah dengan harta dapat menyenangkan orang yang diberi sedekah. Sedangkan tutur kata yang baik juga akan menyenangkan mukmin lainnya dan menyenangkan hatinya. Dari sisi ini, keduanya memiliki kesamaan (iaitu sama-sama menyenangkan orang lain).” Keempat: Menyelematkan Seseorang dari Siksa Neraka Dalilnya adalah hadits Adi bin Hatim di atas. Ibnu Baththol mengatakan, “Jika tutur kata yang baik dapat menyelamatkan dari siksa neraka, berarti sebaliknya, tutur kata yang kotor (jelek) dapat diancam dengan siksa neraka.” Kelima: Dapat Menghilangkan Permusuhan Ibnu Baththol mengatakan, “Ketahuilah bahwa tutur kata yang baik dapat menghilangkan permusuhan dan dendam kesumat. Lihatlah firman Allah Ta’ala, ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ “Tolaklah (kejelekan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushilat: 34-35). Menolak kejelekan di sini bisa dengan perkataan dan tingkah laku yang baik.” Sahabat yg mulia, Ibnu ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- mengatakan, “Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini.” Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.” Berlaku Lemah Lembut Bukan Berarti Menjilat Perlu dibezakan antara berlaku lemah lembut dengan tujuan membuat orang tertarik dan berlaku lembah lembut dengan maksud menjilat. Yang pertama ini dikenal dengan mudaroh iaitu berlaku lemah lembut agar membuat orang lain tertarik dan tidak menjauh dari kita. Yang kedua dikenal dengan mudahanah iaitu berlaku lemah lembut dalam rangka menjilat dengan mengorbankan agama. Sikap yang kedua ini adalah sikap tercela sebagaimana yang Allah firmankan, وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ “Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).” (QS. Al Qalam: 9) Ibnu Jarir Ath Thobari menafsirkan ayat di atas, “Wahai Muhammad, orang-orang musyrik tersebut ingin kalian berlaku lembut pada mereka (dengan mengorbankan agama kalian) dengan memenuhi seruan untuk beribadah kepada sesembahan mereka. Jika kalian demikian, maka mereka akan berlaku lembut pada kalian dalam ibadah yang kalian lakukan pada sesembahan kalian.” Oleh karenanya, orang yang bersikap mudaroh akan berlemah lembut dalam pergaulan tanpa meninggalkan sedikitpun prinsip agamanya. Sedangkan orang yang bersikap mudahanah, ia akan berusaha menarik simpati orang lain dengan cara meninggalkan sebagian dari prinsip agamanya. Hendaknya kita bisa memperhatikan perbedaan antara mudaroh dan mudahanah. Lemah lembut yang dituntunkan adalah dalam rangka membuat orang tertarik dengan akhlaq kita yang baik. Sikap pertama inilah yang akan membuat orang menerima dakwah, namun tetap dengan mempertahankan prinsip-prinsip beragama. Sedangkan lemah lembut yang tercela adalah jika sampai mengorbankan sebagian prinsip beragama dan mendiamkan kemungkaran tanpa adanya pengingkaran minimalnya dengan hati. Semoga Allah senantiasa menganugerahkan kepada kita tutur kata yang baik dan akhlak yang mulia. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Amin..

Analisis nilai-nilai dasar demokrasi menurut Pancasila dan UUD 1945 bidang Iptek Pada dasarnya iptek ditujukan untuk memudahkan kehidupan umat manusia.namun penggunaannya ini sangat rentan sekali terhadap penyalahguaan, sehingga harus didasari dengan suatu falsafah yang berasal dari nilai-nilai luhur kebudayaannya sehingga dapat memberikan paradigma dan cara penggunaan yang benar. Bangsa Indonesia, dalam seluruh dimensi hidupnya, memiliki suatu ruh yang menjadi dasar kehidupan, yaitu pancasila. Pada persoalan diatas pancasila memberikan beberapa prinsip etis kepada ilmu, sebagai berikut: Martabat manusia sebagai pribadi, sebagai subjek, tidak boleh diperalat untuk kepentingan iptek. Prinsip “tidak merugikan”. Harus dihindari kerusakan yang mengancam manusia. Iptek harus sedapat mungkin membantu meringankan beban manusia Monopoli iptek harus dicegah. Diharuskan adanya kesamaan pemahaman antara agamawan dan ilmuwan bahwa pengembangan iptek sebagai sarana memahami kekuasaan tuhan, hal ini sebagai wujud bahwa pengembangan iptek di Indonesia berdasar pada sila pertama, yaitu ketuhanan yang maha esa. Jika dipandang dari wacana filsafat ilmu, maka pancasila sebagai paradigm pembangunan iptek dapat dipahami dari beberapa aspek, yaitu : Aspek Ontologis, yaitu bahwa hakikat iptek merupakan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik henti dalam upayanya unrtuk mencari dan menemukan kebenaran serta kenyataan. Iptek harus dipandang secara utuh sebagai masyarakat, proses, dan produk. Aspek epistomologi, yaitu nilai-nilai pancasila dijadikan sebagai “metode berfikir”, dalam arti sebagai dasar dan arah dalam mengembangkan ilmu, serta sebagai parameter kebenarannya. Aspek aksiologi, yaitu bahwa dengan memahami aspek-aspek di atas, pengembangan iptek tidak akan bertentangan dengan ideal pancasila, dansecara positif akan mendukung dalam mewujudkan nilai-nilai pancasila. Sebagaimana dinyatakan oleh Teuku Jacob (2000) bahwa perkembangan iptek dewasa ini dan dimasa yang akan dating sangat cepat, makin menyentuh inti hayati dan materi di satu pihak serta manggapai angkasa luas di lain pihak, lagi pula memasuki dan mempengaruhi makin dalam segala aspek kehidupan dan institusi budaya. Akibat yang baik adalah mengamankan, menyejahterakan, dan menyelamatkan manusia, menambah, atau mengurangi manusia, memperluas cakrawalanya, menggeser umur matinya, serta mengatasi halangan –halangan temporo-spasial. Namun, akibatnya yang buruk adalah mendesak manusia secara temporo-spasial, mengusangkan kelompok yang kurang mujur, merusak lingkungan, bahkan membinasakan dirinya, secara individual maupun massal. Selanjutnya T.Jacob (2000) berpendapat bahwa Pancasila mengandung hal-hal yang penting dalam pengembangan iptek, yaitu: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengingatkan manusia bahwa ia hanyalah makhluk Tuhan yang mempunyai keterbatasan seperti makhluk-makhluk lain, baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Ia tidak dapat terlepas dari alam, sedangkan alam raya dapat berada tanpa manusia. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, usaha untuk menyejahterakan manusia haruslah dengan cara-cara yang berprikemanusiaan. Desain, eksperimen, ujicoba dan penciptaan harus etis dan tidak merugikan uamat manusia zaman sekarang maupun yang akan dating. Sehingga kita tidak boleh terjerumus mengembangkan iptek tanpa nilai-nilai perikemanusiaan. Sila Persatuan Indonesia, mengingatkan pada kita untuk mengembangkan iptek untuk seluruh tanah air dan bangsa. Dimana segi-segi yang khas Indonesia harus mendapat prioritas untuk dikembangkan secara merata untuk kepentingan seluruh bangsa, tidak hanya atau terutama untuk kepentingan bangsa lain. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, membuka kesempatan yang sama bagi semua warga negara untuk mengembangkan iptek, dan mengenyam hasilnya, sesuai kemampuan dan keperluan masing-masing. Sila Keadilan sosial, memperkuat keadilan yang lengkap dalam alokasi dan perlakuan, dalam pemutusan, pelaksanaan,perolehan hasil dan pemikiran resiko, dengan memaksimalisasi kelompok-kelompok minimum dalam pemanfaatan pengembangan teknologi. Pancasila sebagai dasar negara kemudian dituangkan kedalam Undang-Undang Dasar 1945 yang bersifat lebih teknis di dalam pasal-pasalnya. Berkenaan dengan masalah pengembangan iptek, di dalam UUD 1945 dibahas di dalam pasa 31 ayat 5 dan disinggung sedikit di dalam pasal 28 C ayat 1. Di dalam pasal 28 C ayat 1 sebenarnya lebih menekankan pada hak-hak warga negara di dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi. Sementara itu Pasal 31 ayat 5 ini menggarisbawahi tentang dasar dan tujuan dari pengembangan iptek haruslah nilai-nilai religius, hal ini untuk mempertegas bahwa Indonesia bukanlah negara sekuler. kemudian dituangkan dalam Undang-undang No. 18 tahun 2002 tentang sistem nasional penelitian, pengembangan, dan penerapan Iptek. Dalam rangka melaksanakan amanat tersebut, pemerintah wajib merumuskan arah, prioritas dan kerangka kebijakan pembangunan iptek. Sistem penelitian, pengembangan dan penerapan iptek yang dituangkan dalam UU No. 18 tahun 2002, merupakan paradigma baru bagi penelitian pengkajian dan pengembangan serta sediminasi hasil-hasil penelitian, karena: a) memberikan landasan hukum bagi pertumbuhan kemampuan semua unsur kelembagaan dan penguasaan, pemajuan dan pemanfaatan iptek; b) mendorong pertumbuhan dan pendayagunaan iptek secara lebih efektif; c) menggalakan pembentukan jaringan kerjasama semua kelembagaan iptek secara sinergi sehingga kapasitas dan kemampuannya lebih optimal; d) mengikat semua pihak yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat untuk berperan serta secara aktif dalam pengembangan dan pendayagunaan iptek.

PROPOSAL PENTAS SENI DALAM RANGKA PELEPASAN KELAS VI Proposal Proposal merupakan rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja. Tujuan pembuatan proposal adalah utuk menginformasikan kepada pihak-pihak yang terlibat dan akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, misalnya kegiatan pentas seni, pertandingan olah raga, acara kegiatan keagamaan , atau acara social lainnya. Sedangkan tujuan lainnya adalah mencari bantuan, baik moril maupun materil berupa dana ataupun dalam bentuk penyediaan fasilitas, dan sebagainya. Contoh kegiatan yang memerlukan penyusunan proposal - Panitia akan mengadakan acara Pelepasan Kelas VI di sekolah yang akan diisi dengan berbagai perlombaan pentas seni. Panitia perlu menyusun proposal untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan dari Kepala Sekolah. I. FORMAT ISI PROPOSAL 1. JUDUL ATAU NAMA PROPOSAL Topik kegiatan yang akan dilaksanakan contoh judul : Proposal “PERLOMBAAN PENTAS SENI DALAM RANGKA PELEPASAN KELAS VI (ENAM) SD NEGERI 01 DUKUHTURI KEC.BUMIAYU KAB.BREBES JAWA TENGAH” 2. DASAR PEMIKIRAN Berisi uraian atau penjelasan dan alasan alasan, tentang latar belakang atau dasar pemikiran mengapa suatu kegiatan dilaksanakan Dengan berakhirnya tahun ajaran 2009/2010, berakhir pulalah akan kebersamaan keanggotaan bersama kaka-kaka kelas VI. Berat memang perpisahan yang harus berlangsung dalam waktu dekat ini, namun kami sadar bahwa kaka-kaka akan memasuki dunia yang lebih tinggi, akan mengarungi kehidupan yang lebih variatif dan membutuhkan perjuangan. Oleh karena itu, dengan ini kami merasa perlu untuk memberikan kesan yang mendalam bagi kaka tercinta sebagai kenangan terakhir dari kebersamaan yang terjalin dalam sebuah acara PELEPASAN KELAS VI dengan perlombaan pentas seni. 3. TUJUAN Apa atau maksud yang hendak dicapai melalui kegiatan tersebut. Contoh: Maksud Pelepasan Kelas VI adalah acara perpisahan Siswa kelas VI dengan kegiatan lomba pentas seni. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kenang-kenangan yang terakhir sebagai hiburan dalam kebersamaan selama ini yang telah diberikan dari kaka-kaka kelas VI. Maksud dan tujuan dari proposal ini adalah untuk memohon kepada donatur dalam memberikan sumbangsihnya berupa materi yang akan digunakan dalam penyelenggaraan halal bil halal. dengan tema “mari kita kembali kepada kesucian” dengan pelaksanaannya diselenggarakan oleh DKM dan Pondok Pesantren Al-Iman Zulkifar RT. 03/01 Dukuhturi Bumiayu. Dana yang masuk akan dikelola dan diatur oleh panitia pelaksana yang terdiri dari tim DKM Al-Iman dan RT 03 Dukuhturi 4. BENTUK DAN JENIS KEGIATAN Kegiatan yang dimaksud diatas adalah : contoh Hari/ tanggal Waktu Kegiatan/tema Pelaksana Ket Rabu 30 Desember 2011 13.30 – 14.00 Preparation MC Ruang I 14.00 – 14.30 Opening Ceremony - Sambutan Ketua EC - Sambutan Perwakilan EC kelas tiga - Sambutan Pembina EC - Sambutan Kepala Sekolah - Pemberian Penghargaan/Piagam MC Sona Saeful Hj. Neni,Dra Kepala SMA4 Panitia Ruang I 14.30 – 15.00 Performing Art from Young EC Member “A Gift for our Beloved Brother and Sister” EC Kls XI/X 30’ 15.00 – 15.30 Performing Art from Old EC Member “the tears for EC” EC kls XII 30’ 15.30 – 16.00 Together in Art - Poetry - Music Bersama 30’ 16.00 – 16.30 Dialog Perpisahan Bersama 30’ 16.30 – 17.00 Sholat dan Sujud Syukur Bareng “God Bless Us Forever” Bersama Mosque 17.00 – 17.30 The Last Having Lunch Bersama 17.30 – 17.45 Mushofahah “Give me your heart not your hate” Ruang I 17.45 – ………. Closed MC Ruang I 5. PELAKSANAAN (waktu dan tempat pelaksanaan; kalau perlu melampirkan jadwal dan denah tempat ruangan) Contoh: Kegiatan di atas akan dilaksanakan pada Minggu malam senin tanggal 8Nopember 2012/14 Syawal 1432. Pelaksanaan kegiatan diselenggarakan di Mesjid Agung Baiturohim yang berada di lingkungan PonPes Al-Iman Zarfikar Bumiayu dengan alamat Jl. Sl. Tarman No 89 Dukuhturi Rt 03 Rw. 01 Kota Bumiayu 6. SUSUNAN KEPANITIAAN / TIM PELAKSANA Panitia terdiri dari panitia yang dibentuk oleh EC. Susunan kepanitian tersebut adalah : Pelindung dan Pembina Kepala Sekolah SMA N 4 Bumiayu Dra. Hj. Neli Team Guru Bahasa Inggris SMAN 4 Bumiayu Ketua Pelaksana Doni Setiawan Sekretaris Dedi Irawan Bendahara Tini Astuti Seksi Acara Team dari EC 7. PESERTA / SASARAN KEGIATAN Contoh: Peserta adalah siswa SMA N 3 Bumiayu yang telah terdaftar sebagai anggota English Club dengan jumlah perkiraan peserta yang hadir adalah 85 orang yang terdiri dari kelas X, XI dan XII. 8. BIAYA / DANA - jumlah dana yang dibutuhkan - perincian pemerolehan dana - rencana alokasi dana 9. HARAPAN YANG DI INGINKAN /PENUTUP Dengan proposal tersebut, penulis atau penyusun proposal berharap sesuatu kepada pembaca, misal memohon bantuan / sumbangan dana atau mohon member dukungan dan partisipasi dalam bentuk lain Contoh: Semoga apa yang akan kita laksanakan mendapat ridho dan perlindungan dari Allah SWT. dan senantiasa Dia memberikan kepada kita kesehatan, amiin. Atas semua kebaikan dari semua pihak kami ucapkan terimakasih 10. LAMPIRAN • Jadwal kegiatan • Rincian biaya • Formulir sumbangan dsb. II. CONTOH PROPOSAL KEGIATAN PERFORMING A√T OSIS PRODUCTION SMK DCI KOTA BUMIAYU 1. Pendahuluan kreatifitas seni di tingkat siswa belum begitu sesemarak yang terlihat di media. Ini disebabkan masih terbatasnya waktu kreatifitas mereka dalam menghasilkan produk seni yang lebih kreatif. Kompetensi seni mereka belum teruji karena kesempatan belum berpihak. Hal inilah yang perlu disikapi bagi seluruh siswa yang mempunyai talent terhadap kemajuan seni dikalangan anak muda. Oleh karena itulah, kami sebagai anak muda yang sedikit peduli terhadap perkambangan keinginan seni anak muda berusaha untuk memfasilitasi beberapa keinginan siswa-siswa dalam hal kreatifitas seni. Disini, kami mencoba akan memberikan media dan memberikan sebuah alternatif kegiatan seni anak muda dalam rangka PEKAN SENI SMK DCI, yang dirangkai dalam sebuah acara PERFORMING ART. Kegiatan ini bukanlah dimaksud sebagai kegiatan hedonise belaka, namun lebih mengarah kepada perhatian bakat-bakat seni siswa-siswa tingkat SMP dan SMA terhadap seni musik dan seni tari. Sebagai langkah awal dari tujuan diatas, maka kami akan menyelenggarakan Parade Band siswa-siswa serta Modern Dance (SMP dan SMA/K) dan Nonton Bareng Film Perjuangan beserta Anak Panti Asuhan. 2. Maksud dan Tujuan Dalam event ini dimaksudkan untuk mensiasati suatu ajang pertunjukan seni anak muda dalam mengembangkan bakat masing-masing. Kemampuan yang akan di pertunjukan adalah musik (Parade Band) dan tari (modern dance) serta Bakti Sosial terhadap anak Panti Asuhan (Nonton Bareng dan Bakti Sosial). Diharapakan dalam performing art ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan bakat-bakatnya. Disini juga, kami mefasilitasi para siswa untuk lebih peka terhadap sosial lingkungan dalam memahami realitas hidup yang lebih kompleks, sehingga pada tujuan akhirnya dapat memberikan kesan solutif bagi kemajuan seni dan sosial pada jiwa siswa-siswa secara umum. 3. Target Peserta dan Audiens Melihat dari objek Musik dan Dancing sebagai hobi dan bakat sebagian besar dari kalangan muda di SMP dan SMA/K saat ini, maka dpat di prediksikan bahwa peserta performing art akan banyak. Ini dapat dilihat dari banyaknya siswa SMP dan SMA/K yang banyak mempunyai group Band secara mandiri di lingkungannya. Hal ini akan membantu terselenggaranya acara yang diusung melalui Performing Art ini. Dapat diperkirakan bahwa peserta Parade Band paling sedikit akan diikuti oleh 18 group band, sedangkan Modern Dance diperkirakan akan diikuti oleh 18 grup dimana mereka akan mewakili sekolah yang mengirimkannya sebagai partisipasi. Sedangkan untuk Nonton Bareng dan Baksos akan menghadirkan sekitar 25 orang Anak panti asuhan di salah satu Panti asuhan di Bumiayu Adapun audiens yang ditargetkan adalah para peserta dan pendukung dari peserta pertunjukan di seluruh sekolah tingkatan SMP dan SMA/K di Kota Bumiayu 4. Bentuk Kegiatan & Teknis Pelaksanaan Parade Band adalah Pertunjukan Band-band yang terdaftar dengan membawakan lagu yang diminatinya, sedangkan Modern Dance adalah pertunjukan Dancing yang disertai dengan musik dengan gerakan yang telah terlatih dari masing-masing grup. Kedua kegiatan ini dilaksanakan dalam satu acara Performing Art selama satu hari. Untuk Nonton bareng dan Baksos dilaksanakan secara terpisah dalam hari berikutnya yang lebih mengutamakan kepekaan sosial siswa. Awal acara akan dipertontonkan sebuah film perjuangan dan diakhiri oleh tausyiah serta sumbangan kepada anak panti asuhan. Performing Art (Parade Band dan Modern Dance) Hari/Tanggal : Minggu,20 januari 2012 Waktu : Jam 08.30 – Selesai Tempat : SMK DCI D1/DCI Kota bBumiayu Jl. Siti Aminah No 357 Nonton Bareng dan Baksos (Bersama Anak Panti Asuhan) Hari/Tanggal : Minggu, 20 Januari 2012 Waktu : Jam 08.30 – Selesai Tempat :SMK DCI Kota Bumiayu, Jl. Siti Aminah No 357 5. Rencana Anggaran Biaya Estimasi Pemasukan: 1. Sumbangan Sekolah Rp. 400.000 2. Pendaftaran Peserta 27 Band X Rp. 50.000 Rp. 1.350.000 3. Pendaftaran Peserta 16 Moden Dance X Rp. 40.000 Rp. 640.000 Total Perkiraan Pemasukan Rp. 2.800.000 Estimasi Pengeluaran selama 2 Hari Pelaksanaan Publikasi 1. Kesekretariatan Rp. 350.000 2. Undangan dan Pamplet Rp. 200.000 3. Spanduk 8 Buah X Rp.170.000 Rp. 1.360.000 Performing Art Live 1. Sewa Alat Musik dan Sound System Rp. 2.500.000 2. Sewa Panggung ukuran 5 X 7 m Rp. 700.000 3. Insentif Band Bintang Tamu Rp. 600.000 4. Door Prize Rp. 500.000 5. Dokumentasi, dekorasi Rp. 500.000 6. 2 set Tropy X Rp. 500.000 Rp. 1.000.000 7. Uang Pembinaan Juara 1 X 2 X Rp. 800.000 Rp. 1.600.000 8. Uang Pembinaan Juara 2 X 2 X Rp. 550.000 Rp. 1.100.000 9. Uang Pembinaan Juara 3 X 2 X Rp. 270.000 Rp. 540.000 Nonton Bareng dan Baksos 1. Sewa Alat dan Film Rp. 350.000 2. Bantuan Dana Anak Panti Asuhan Rp. 1.450.000 Pra pelaksanaan 1. Transportasi Undangan dan Publikasi Rp. 600.000 Lain-lain 1. Konsumsi Panitia 20 orang X 2 hari Rp. 700.000 2. Keamanan dan Kebersihan 2 hari Rp. 150.000 Total Perkiraan Pengeluaran Rp. 10. 500.000 Rekapitulasi Dana Total Perkiraan Pemasukan Rp. 2.700.000 Total Perkiraan Pengeluaran Rp. 10.500.000 Defisit Anggaran Rp. -8,800.000 Catatan : Defisit anggaran diharapkan dapat dibantu dari sponsorship. 6. Struktur Organisasi dan Pelaksana Kegiatan Pelindung : Kepala Dinas Pendidikan Kota Bumiayu Kepala Sekolah SMK DCI Kota Bumiayu Pembina : Wakasek Kesiswaan SMK DCI Ketua OSIS SMK DCI Ketua : ria (X B) Wk. Ketua : M. Azam Sekretaris : Sassa Bendahara : Eka,Wendry Koord. Humas : Aris Anggota Humas : Tadir , dan di bantu oleh Ketua Kelas X A, X B, X C Koord. Dana Usaha : Oci ,Adi maulana Anggota Danus : Santi,Maryani,Wulan,Asep Koord. Teknis : Andy Anggota : Keamanan kelas XA, B, C Sekretariat PANITIA PERFORMING ART OSIS SMK DCI KOTA BUMIAYU Jl. Siti Aminah No. 357 A Kota Bumiayu Tlp. (0665) 413 209 Contact Person Sassa : 0813 6836 5554 Tadir : 4020910489 Penawaran Kerjasama dan Konpensasi Sponsor Tunggal Perusahaan menanggung 80 % biaya yang diajukan dan berhak akan 100 % segala bentuk publikasi di segala media yang disediakan Nama Kegiatan akan memakai nama produk “............PERFORMING ART; PARADE BAND DAN MODERN DANCE” Penjualan produk akan dimasukan dalam pendaftaran Stand penjualan produk 2. Sponsor Utama Perusahaan menanggung 70 % biaya yang diajukan dan berhak mendapatkan 75 % segala bentuk publikasi yang disediakan Nama perusahaan/Produk akan disebutkan dalam spot radio, ad lips, spanduk kegiatan, pemasangan logo Produk di panggung Stand penjulan produk 3. Sponsor Pendukung Menanggung 45 % dari dana yang diajukan dan berhak mendapatkan 35 % bentuk publikasi di segala media yang disediakan Nama produk akan disebutkan dalam spot radio, ad lips, spanduk kegiatan, pemasangan logo Produk di panggung Bentuk Publikasi: Ad Lips dan spot di stasiun Radio di kota bumiayu Citra amelyia Spanduk di tempat strategis Pamplet-pamplet di sekolah-sekolah SMP dan SMA di kota bumiayu dan tempat lainnya Penutup Demikianlah proposal ini kami ajukan, kami berharap semoga segala bentuk sesuatu yang diharapkan dan direncanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Semoga sebuah hal yang diawali dengan niat yang baik mudah-mudahan mendapat akhir yang baik pula. Amin Kami sangat berharap partisipasi Bapak/Ibu baik perorangan, instansi, ataupun perusahaan dapat membantu dan terlaksananya kegiatan ini, sebelum dan sesudahnya kami haturkan terimakasih. Bumiayu, 9 Januari 2012 Ketua Pelaksana M. Tadir amin Sekretaris, Sassa Diketahui, Penanggung Jawab Kepala SMK DCI Bumiayu. .......................... Diposkan oleh Tadir amin,S.Pd. di 19:56

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : ..................... Mata Pelajaran : Matematika Kelas Semester : VI/1 Pertemuan Ke- : 1-3 Alokasi Waktu : 6 x 35 menit A. Standar Kompetensi : 1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 1.1 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung termasuk operasi campuran, FPB, dan KPK C. Tujuan Pembelajaran** Peserta didik dapat :  Melakukan pekerjaan hitung campuran  Mencari Faktor Prima Suatu Bilangan  Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) dan Tanggung jawab ( responsibility ) D. Materi Ajar Operasi Hitung Bilangan Bulat  Sifat-Sifat Operasi Hitung  Pengerjaan Hitung Campuran  Faktorisasi Prima untuk menentukan FPB dan KPK E. Metode Pembelajaran games, diskusi F. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan ke 1  Kegiatan Awal - Melakukan permainan berhitung bilangan bulat dari 1-60 dengan cara zig zag.  Kegiatan Inti  Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru:  Melakukan permainan (games) mengenai bilangan bulat, diskusi, memberi contoh besaran sehari-hari yang menggunakan bilangan positif dan negatif, serta menganalisis dan menyimpulkan definisi bilangan bulat.  Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru:  Melakukan percobaan dan observasi dengan menggunakan garis bilangan, pengamatan, analisis data dan diskusi untuk dapat menentukan letak bilangan bulat dalam garis bilangan.  Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:  Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa  Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan  Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru:  Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar.  Siswa diberi tugas mengerjakan soal-soal latihan. Pertemuan ke 2  Kegiatan Awal - Motivasi dan apersepsi  Kegiatan Inti  Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru:  Memberikan contoh besaran sehari-hari yang menggunakan bilangan positif dan negatif.  Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru:  Melakukan diskusi tentang contoh-contoh yang sudah dikemukakan oleh siswa.  Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:  Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa  Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan  Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru:  Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar.  Siswa diberi tugas mengerjakan soal-soal latihan. Pertemuan ke 3  Kegiatan Awal - Memberikan motivasi. - Melakukan tanya jawab dan diskusi tentang materi sebelumnya.  Kegiatan Inti  Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru:  sifat-sifat operasi hitung termasuk operasi campuran, FPB, dan KPK  Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru:  Melakukan percobaan, diskusi dan latihan dengan fasilitas soal-soal  Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:  Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa  Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan  Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru:  Memberikan soal latihan untuk lebih memantapkan keterampilan siswa.  Merefleksi proses dan hasil belajar. G. Alat/Sumber Belajar  Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 6 .  Matematika SD untuk Kelas VI 6A Esis  Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 6 H. Penilaian Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal o Melakukan pekerjaan hitung campuran o Mencari Faktor Prima Suatu Bilangan Tugas IndVidu Laporan buku pekerjaan rumah o Coba kalian simpulkan definisi bilangan bulat! o Tuliskan 3 contoh kegiatan sehari-hari yang melibatkan bilangan bulat! o Tuliskan kegiatan kalian selama satu hari yang melibatkan bilangan negatif! o Carikanlah Faktor Prima Suatu Bilangan o 4.655 + 3.561 = .... o 454 x 235 = ... Format Kriteria Penilaian  PRODUK ( HASIL DISKUSI ) No. Aspek Kriteria Skor 1. Konsep * semua benar 4 * sebagian besar benar 3 * sebagian kecil benar 2 * semua salah 1  PERFORMANSI No. Aspek Kriteria SKOR Sikap * Pengetahuan 4 * kadang-kadang Pengetahuan 3 * tidak Pengetahuan 1 * Sikap 4 * kadang-kadang Sikap 3 * tidak Sikap 1 Lembar Penilaian No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai Pengetahuan Sikap 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.  Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial. ............, ......................20 ... Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mapel Matematika .................................. .................................. NIP : NIP :

RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Nama Sekolah :....................... Tema : TEMPAT UMUM Kelas/Semester : III / 1 Alokasi Waktu : 2 minggu I. STANDAR KOMPETENSI I. PKn 1. Mengamalkan makna Sumpah Pemuda II. IPS 1. Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah III. Bahasa Indonesia Mendengarkan 1. Memahami penjelasan tentang petunjuk dan cerita anak yang dilisankan Berbicara 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan petunjuk dengan bercerita dan memberikan tanggapan/ saran IV. Matematika 2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam memecahkan masalah V. IPA 2. Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan, dan upaya menjaga kesehatan lingkungan 3. Memahami sifat-sifat, perubahan sifat benda dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari II. KOMPETENSI DASAR 1. PKn : - Mengenal makna satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa - Mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari 2. IPS : - Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah - Melakukan kerja sama di lingkungan rumah, sekolah, dan kelurahan/ desa 3. IPA : - Menjelaskan cara menjaga kesehatan lingkungan sekitar - Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan, meliputi benda padat, cair dan gas - Menjelaskan kegunaan benda plastik, kayu, dan kertas 4. Matematika : - Melakukan penjumlahan dan pengurangan tiga angka - Melakukan operasi hitung campuran 5. Bahasa Indonesia : - Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan - Menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan kalimat yang runtut dan mudah dipahami III. TUJUAN PEMBELAJARAN** 1. PKn : - Siswa dapat menyebutkan waktu dan tempat pertama kali Sumpah Pemuda dibacakan - Siswa dapat Menyebutkan tempat-tempat yang digunakan untuk kegiatan kepemudaan 2. IPS : - Siswa dapat Menyebutkan tempat kenampakan alam - Siswa dapt Menyebutkan tempat kenampakan buatan - Siswa dapat Mendata jumlah penduduk, kematian dan kelahiran di kelurahan Balonggede 3. IPA : - Siswa dapat melakukan kegiatan untuk memelihara kesehatan lingkungan sekolah - Siswa dapat mengklasifikasi benda-benda di lingkungan sekolah - Siswa dapat memberi contoh benda padat - Siswa dapat menuliskan contoh benda cair - Siswa dapat menyebutkan contoh benda gas - Siswa dapat mengidentifikasi benda-benda di lingkungan sekolah - Siswa dapat menyebutkan benda-benda yang terbuat dari plastik dan kegunaannya - Siswa dapat menyebutkan benda-benda yang terbuat dari kayu dan kegunaannya - Siswa dapat menyebutkan benda-benda yang terbuat dari kertas dan kegunaannya 4. Matematika : - Siswa dapat mencatat jumlah siswa kelas 1 sampai dengan kelas 6 pada lembar tugas secara berkelompok - Siswa dapar menggunakan sifat operasi hitung pertukaran dan sifat pengelompokan untuk mempermudah perhitungan perkalian dan pembagian - Siswa dapat memecahkan masalah yang melibatkan perkalian dan pembagian 5. Bahasa Indonesia : - Siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh dalam drama - Siswa dapat menuliskan nama-nama tokoh dalam drama - Siswa dapat menjelaskan makna simbol - Siswa dapat menjelaskan urutan kegiatan lomba melalui gambar  Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness) Kerja sama ( Cooperation ) Toleransi ( Tolerance ) Percaya diri ( Confidence ) Keberanian ( Bravery) IV. MATERI POKOK 1. PKn • Makna satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa 2. IPS • Kerja sama di lingkungan rumah 3. IPA • Ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup dan tak hidup. • Perubahan pada makhluk hidup • Sifat-sifat benda 4. Matematika • Garis bilangan • Penjumlahan dan pengurangan • Perkalian dan pembagian • Uang • Alat ukur • Hubungan antar satuan waktu, panjang dan berat. 5. Bahasa Indonesia. • Melakukan sesuatu berdasarkan penjelasan. • Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak. • Menceritakan pengalaman yang mengesankan. • Memberikan tanggapan dan saran sederhana. • Menjelaskan isi teks. V. METODE PEMBELAJARAN 1. Informasi 2. Diskusi 3. Tanya jawab 4. Demontrasi 5. Pemberian tugas VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN A. Kegiatan Awal Apresepsi:  Mengisi daftar kelas, berdo’a , mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga.  Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat.  Mengajukan beberapa pertanyaan materi minggu yang lalu B. Kegiatan Inti Minggu I Pertemuan pertama : 6 X 35 menit (IPA, PKN, Matematika)  Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: IPA  Guru menerangkan pentingnya memelihara kesehatan lingkungan sekolah dan siswa memperhatikannya  Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai ciri-ciri lingkungan yang sehat  Guru menyuruh siswa mempraktekan cara memelihara kesehatan lingkunga sekolah PKn  Guru menerangkan tentang makna satu Nusa satu Bangsa dan satu Bahasa dan siswa disuruh menerangkannya kembali  Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang waktu pertama kali sumpah pemuda dibacakan  Guru menjelaskan tempat pertama kali dibacakan Sumpah Pemuda Matematika  Guru membagi siswa ke dalam enam kelompok  Guru membagikan lembar tugas pada tiap kelompok  Setiap kelompok mengerjakan lembar tugas mencatat jumlah siswa kelas 1 sampai kelas 6 Pertemuan ke dua 6 X 35 menit ( Bahasa Indonesia, IPS, Matematika)  Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Bahasa Indonesia  Siswa mendengarkan petunjuk bertelepon yang baik  Siswa menceritakan pengalamannya bertelepon  Guru menyuruh siswa mempraktekkan pemakaian telepon dengan menggunakan telepon mainan IPS  Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai apa yang dilihat di lingkungan sekitar  Siswa mendiskusikan perbedaan kenampakkan alam dan kenampakkan buatan Matematika  Guru menerangkan penjumlahan tiga angka dan siswa disuruh mengerjakan soal  Guru mendemontrasikan pengurangan tiga angka dan siswa menyelesaikan soal  Guru menyuruh siswa untuk melakukan pengurangan secara langsung membeli barang di warung Pertemuan ke tiga 4 X 35 menit ( Bahasa Indonesia, Matematika, IPA)  Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Bahasa Indonesia  Siswa mendengarkan pembacaan naskah drama  Siswa mempraktekan pembacaan naskah drama  Guru menyuruh siswa mengungkapkan pendapatnya tentang isi teks drama yang didengarkan Matematika  Guru memberikan contoh hitung campuran penjumlahan dan pengurangan  Siswa mengerjakan soal hitung campuran penjumlahan dan pengurangan  Guru mendemontrasikan cara menggunakan kartu bilangan untuk menyelesaikan hitung campuran  Siswa melakukan permainan hitung campuran dengan menggunakan kartu-kartu bilangan IPA  Guru bersama siswa menyebutkan contoh benda-benda di lingkungan sekolah yang termasuk benda padat  Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai benda cair yang berada di lingkungan sekolah  Guru menyebutkan sifat-sifat benda padat dan siswa menyebutkannya kembali  Guru menanyakan kepada siswa mengenai sifat-sifat benda cair Minggu II  Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Pertemuan pertama : 6 x 35 menit (IPA, PKn, Matematika) IPA  Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai contoh benda yang terbuat dari plastik  Guru melakukan tanya jawab mengenai kegunaan benda yang terbuat dari plastik  Guru memberikan contoh benda yang terbuat dari kertas dan siswa menyebutkan contoh yang lain  Guru melakukan tanya jawab mengenai kegunaan benda yang rterbuat dari kertas PKn  Guru menjelaskan contoh pengamalan nilai-nilai sumpah pemuda  Siswa menyebutkan kembali contoh pengamalan nilai-nilai sumpah pemuda  Guru menyuruh siswa memberikan contoh kegiatan kepemudaan  Guru membagi siswa kedalam enam kelompok  Siswa mendiskusikan kegiatan kepemudaan mengenai tempat kegiatan dan kegiatan yang dilakukan Matematika  Guru memberikan contoh hitung campuran perkalian dan pembagian  Siswa mengerjakan soal hitung campuran perkalian dan pembagian  Guru mendemontrasikan cara menggunakan kartu bilangan untuk menyelesaikan hitung campuran  Siswa melakukan permainan hitung campuran dengan menggunakan kartu-kartu bilangan Ke Pertemuan dua : 6 x 35 menit ( Bahasa Indonesia, IPS, Matematika)  Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Bahasa Indonesia  Guru menunjukkan gambar rambu-rambu lalu lintas  Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai arti rambu-rambu lalu lintas  Guru mengintruksikan siswa menggambar salah satu rambu lalu lintas  Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai arti rambu lalu lintas yang digambarnya IPS  Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai kelurahan  Guru mengajak siswa berkunjung ke kelurahan Balonggede  Guru memberikan tugas pada siswa untuk mencatat data jumlah penduduk mengenai kelahiran dan kematian di kelurahan Balonggede Matematika  Guru mendemontrasikan hitung campuran perkalian dan pembagian dalam soal cerita  Siswa mengerjakan hitung campuran perkalian dan pembagian dalam soal cerita  Guru menguji keterampilan siswa mengerjakan hitung campuran secara individu di papan tulis  Guru bertanya kepada siswa mengenai cara hitung campuran perkalian dan pembagian dengan dengan cepat Pertemuan ke tiga : 6 x 35 menit (Bahasa Indonesia, IPA, Matematika)  Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Bahasa Indonesia  Guru menyajikan teks drama dan mengintruksikan siswa membentuk kelompok sesuai dengan tokoh yang ada dalam teks drama  Guru meminta siswa membagi peran dan mempelajari peran kemudian memerankannya secara bergantian IPA  Guru memberikan contoh benda yang terbuat dari kayu  Siswa memberikan contoh benda yang terbuat dari kayu  Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai kegunaan benda yang terbuat dari kayu Matematika  Guru menjelaskan cara menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan hitung campuran penjumlahan, pengurangan, dan perkalian  Siswa menyelesaikan soal cerita penjumlahan, pengurangan dan perkalian  Menjelaskan soal cerita dengan menggunakan hitung campuran penjumlahan, perkalian dan pembagian  Siswa menyelesaikan soal cerita pembagian, penjumlahan dan pembagian  Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru:  membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;  memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;  memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;  memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;  memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;  memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;  Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:  Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa  Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan C. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan Akhir, guru:  Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi yang diajarkan  Siswa mengumpulkan tugas sesuai materi yang diajarkan  Guru dan siswa menyimpulkan materi yang diajarkan VII. ALAT DAN SUMBER BELAJAR Sumber Belajar 1. Buku Pendidikan Kewarganegaraan 2. Buku IPA 3. Buku Matematika 4. Buku Bahasa Indonesia 5. Buku IPS 6. Eksiklopedia 7. Kamus Bahasa Indonesia 8. Pedoman EYD 9. Koran dan majalah 10. Media elektronik Alat Peraga 1. Gambar kenampakan alam 2. Gambar kenampakan buatan 3. Gambar peristiwa alam 4. Teks drama 5. Contoh/tanda rambu-rambu lalu lintas 6. Pesawat telepon mainan 7. Benda padat dan cair VIII. PENILAIAN Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen 1. PKn :  Menyebutkan waktu dan tempat pertama kali Sumpah Pemuda dibacakan  Menyebutkan tempat-tempat yang digunakan untuk kegiatan kepemudaan 2. IPS :  Menyebutkan tempat kenampakan alam  Menyebutkan tempat kenampakan buatan  Mendata jumlah penduduk, kematian dan kelahiran di kelurahan Balonggede 3. IPA :  Melakukan kegiatan untuk memelihara kesehatan lingkungan sekolah  Mengklasifikasi benda-benda di lingkungan sekolah  Memberi contoh benda padat  Menuliskan contoh benda cair  Menyebutkan contoh benda gas  Mengidentifikasi benda-benda di lingkungan sekolah  Menyebutkan benda-benda yang terbuat dari plastik dan kegunaannya  Menyebutkan benda-benda yang terbuat dari kayu dan kegunaannya  Menyebutkan benda-benda yang terbuat dari kertas dan kegunaannya 4. Matematika :  Mencatat jumlah siswa kelas 1 sampai dengan kelas 6 pada lembar tugas secara berkelompok  Menggunakan sifat operasi hitung pertukaran dan sifat pengelompokan untuk mempermudah perhitungan perkalian dan pembagian  Memecahkan masalah yang melibatkan perkalian dan pembagian 5. Bahasa Indonesia :  Menyebutkan tokoh-tokoh dalam drama  Menuliskan nama-nama tokoh dalam drama  Menjelaskan makna simbol  Menjelaskan urutan kegiatan lomba melalui gambar Tes lisan Tes tertulis uraian isian 1. PKn :  Sebutkan waktu dan tempat pertama kali Sumpah Pemuda dibacakan  Sebutkan tempat-tempat yang digunakan untuk kegiatan kepemudaan 2. IPS :  Sebutkan tempat kenampakan alam  Sebutkan tempat kenampakan buatan  Bagaimana cara mendata jumlah penduduk, kematian dan kelahiran di kelurahan Balonggede 3. IPA :  Bagaimana cara melakukan kegiatan untuk memelihara kesehatan lingkungan sekolah  Jelaskanlah benda-benda di lingkungan sekolah  Sebutkanlah contoh benda padat  Tuliskan contoh benda cair  Sebutkan contoh benda gas  Jelaskanlah benda-benda di lingkungan sekolah  Sebutkan benda-benda yang terbuat dari plastik dan kegunaannya  Sebutkan benda-benda yang terbuat dari kayu dan kegunaannya  Sebutkan benda-benda yang terbuat dari kertas dan kegunaannya 4. Matematika :  Ada berapakan jumlah siswa kelas 1 sampai dengan kelas 6 pada lembar tugas secara berkelompok ?  Bagaimana cara menggunakan sifat operasi hitung pertukaran dan sifat pengelompokan untuk mempermudah perhitungan perkalian dan pembagian  Bagaimana cara memecahkan masalah yang melibatkan perkalian dan pembagian 5. Bahasa Indonesia :  Sebutkan tokoh-tokoh dalam drama  Tuliskan nama-nama tokoh dalam drama  Jelaskan makna simbol  Jelaskan urutan kegiatan lomba melalui gambar • LKS • Lmbar observasi.  Kriteria Penilaian 1. Produk ( hasil diskusi ) No. Aspek Kriteria Skor 1. Konsep * semua benar 4 * sebagian besar benar 3 * sebagian kecil benar 2 * semua salah 1 2. Performansi No. Aspek Kriteria Skor Partisipasi * bekerjasama 4 * kadang-kadang kerjasama 2 * tidak bekerjasama 1 * aktif berpartisipasi4 * kadang-kadang aktif 2 * tidak aktif 1 3. Lembar Penilaian No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai Kerjasama Partisipasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.. CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10. Mengetahui Kepala Sekolah SD/MI ……. ( ………………..………… ) NIP/NIK : ………………… ……...., ………………… 20… Guru Tematik Kelas III ( …………………...……… ) NIP/NIK : …………………

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan sekarang ini, karakter merupakan ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama,baik dalam kehidupan kelurga, masyarakat, bangsa dan Negara.Sekarang ini banyak kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tentang pendidikan karakter, mengingat kondisi karakter masyarakat Indonesia saat ini yang dianggap sedang mengalami kemerosotan.Maka perlu diadakan pemulihan/perbaikan karakter.Untuk itu di dalam dunia pendidikan kebijakan karakter sangat dibutuhkan.Sehingga dengan hal itu pendidikan karakter bukan sekedar pengajaran/penataran tentang nilai-nilai karakter, oleh karena itu penting sekali adanya pendidikan karakter untuk mencapai tujuan nasional. B. Perumusan masalah Adapun perumusan masalah yang disusun penulis untuk memudahkan sub bahasan yaitu: 1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan karakter? 2. Bagaimana penerapan kebijakan karakter di Indonesia? 3. Unsur-unsur apakah sajakah yang terdapat dalam pendidikan karakter? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pendidikan Karakter. Berdasarkan asal katanya “karakter” adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. (http:// www. mandikasmen.go.id). Pengertian “pendidikan” dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal Pasal 1 butir 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Dari UU tersebut kita bisa melihat bahwa penting sekali adanya pendidikan karakter untuk mencapai tujuan nasional. Maka dalam hal ini Pendidikan karakterdapat dimaknai sebagai upaya sadar untuk membantu seseorang agar mampu memahami, peduli dan bertindak atas dasar nilai-nilai inti. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sesungguhnya pendidikan karakter bukan sekedar pengajaran atau penataran tentang nilai-nilai karakter. Formula pendidikan karakter meliputi aspek pemahaman (kognitif) tentang kebaikan, aspek motivasi atau keinginan (afektif) untuk berbuat baik, dan action (tindakan)berbuat baik (psikomotorik). Oleh karena itu kurikulum pendidikan karakter baik di tingkat satuan pendidikan (sekolah) maupun di masyarakat harus memenuhi tiga aspek tersebut, yaitu pemahaman, motivasi dan tindakan. Kurikulum dalam aspek tindakan meliputi kegiatan riil, misalnya kegiatan pramuka, bakti sosial dan kegiatan-kegiatan lain sesui dengan target pencapaian nilai-nilai inti etika. Nilai-nilai inti etika yaitu kejujuran, tanggung jawab, empati, peduli, kasih sayang, sopan santun, berbagi, kerja sama, toleransi, menghargai, sabar, ramah dan seterusnya yang merupakan nilai-nilai universal. B. Kebijakan Pendidikan Karakter di Indonesia Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 UU tersebut dinyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Dari UU tersebut kita bisa melihat bahwa penting sekali adanya pendidikan karakter untuk mencapai tujuan nasional. Perubahan kurikulum dalam bidang pendidikan memang berganti sangat begitu cepat, hampir setiap pergantian menteri pendidikan, kurikulumnyapun ikut berganti. Saat ini sedang gempar-gemparnya tentang pendidikan karakter. Banyak kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tentang pendidikan karakter tersebut, mengingat kondisi karakter masyarakat Indonesia saat ini yang dianggap sedang mengalami kemerosotan maka perlu diadakan pemulihan/perbaikan karakter . Dalam program ini lembaga pendidikan, keluarga dan masyarakat sangat dibutuhkan peranannya dalam meningkatkan karakter bangsa. Lembaga pendidikan membutuhkan kerangka baru system pendidikan karakter. Adapun kerangka system pendidikan karakter yaitu : (1) Kebijakan pendidikan karakter, yang mampu mengikat seluruh elemen masyarakat untuk melaksanakannya (sebagaimana TAP MPR No. II/MPR/1978). (2) Standar Karakter, yang menjadi acuan karakter bangsa (seperti butir-butir P4). (3) Kurikulum terpadu, yang meliputi aspek pemahaman, motivasi dan tindakan nyata. (4) Peran dan partisipasi masyarakat, yang mendukung dan berkomitmen dengan nilai-nilai karakter. (5) Pengalaman (praktik) pembelajaran, sebagai program pembiasaan. (6) Model (keteladanan) dari pemimpin dan orang tua, sebagai spiritual leader. (7) Adanya evaluasi dan inovasi pendidikan karakter. (8) Adanya kelembagaan khusus untuk pengembangan pendidikan karakter. Delapan komponen itulah yang menjadi kerangka sistem agar pendidikan karakter berjalan secara efektif. Oleh karena itu diperlukan kesadaran dan komitmen semua stakeholder untuk menjadikan pendidikan karakter sebagai gerakan nasional dengan mempersiapkan perangkat-perangkat sistem yang kokoh C. Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan karakter Adapun unsur-unsur karakter esensial yang penting harus ditanamkan kepada peserta didik yaitu: 1. ketulusan hati atau kejujuran (honesty); 2. belas kasih (compassion); 3. kegagahberanian (courage); 4. kasih sayang (kindness); 5. kontrol diri (self-control); 6. kerja sama (cooperation); 7. kerja keras (deligence or hard work). Dalam naskah akademik Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Kementerian Pendidikan Nasional telah merumuskan lebih banyak nilai-nilai karakter (18 nilai) yang akan dikembangkan atau ditanamkan kepada anak-anak dan generasi muda bangsa Indonesia. Nilai-nilai karakter tersebut dapat dideskripsikan dalam tabel sebagai berikut: No. Nilai Deskripsi 1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar 10. Semangat Kebangsaan Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuai yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/Komunikatif Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kekrusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu: 1. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya sadar untuk membantu seseorang agar mampu memahami, peduli dan bertindak atas dasar nilai-nilai inti. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sesungguhnya pendidikan karakter bukan sekedar pengajaran atau penataran tentang nilai-nilai karakter. 2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 UU tersebut dinyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. B. Saran Adapun saran-saran dari makalah yang penulis buat yaitu: 1. Sebagai calon guru harus bisa menjadi teladan bagi siswanya nanti. 2. Peranan lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat sangat diperlukan untuk membentuk karakter peserta didik yang baik, sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai secara optimal. DAFTAR PUSTAKA UU Sisdiknas. 2003. Bandung: Citra Umbara http://pondokibu.com/ http:// www. mandikasmen.go.id http://www.advancepublishing.com/

;;