PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERWARNA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN LANGKAP 03 KECAMATAN BUMIAYU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Tadir Amin STKIP Islam Bumiayu Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (tadir _amin@yahoo.co.id ) ABSTRAK Judul :“Pengaruh penggunaan media gambar berwarna terhadap kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN Langkap 03 Kecamatan Bumiayu tahun pelajaran 2012/2013”. Penulis : Tadir Amin NIM : 40209104 Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen berdesain “Randomized Control-Group Pretest-Post test Design”, dilaksanakan pada kelas IV SDN Langkap 03 Kecamatan Bumiayu. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalahsiswakelas IV yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok control dengan jumlah 32 anak, jadi kelompok eksperimen jumlah 16 anakdankelompokcontrol berjumlah 16 anak.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi dan tes. Metode dokumentasi untuk memperoleh data nama-nama siswa kelas IV di SDN Langkap 03.Metode tes untuk memperoleh data kemampuan membaca kelompok eksperimen dan kelompokkontrol. Dalam proses penelitiannya kelompok eksperimen diberi pembelajaran dengan media gambar berwarna sedangkan kelompok control menggunakan metode konvensional. Hasilanalisis data tahap awal meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan dua rata-rata. Untuk uji normalitas data awal dalam table test of normality kelas eksperimen diperoleh signifikansip = 0,150 dengan tarafsignifikan α = 0,05 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh signifikan sip = 0,2 dengan taraf signifikan α = 0,05 karena kedua data tersebut mempunyai signifikan sip > taraf signifikan α maka kedua data tersebut berdistribusi normal, untuk uji homogenitas, diperolehdari SPSS 16 signifikan sip (p value)=0,983 dengan taraf signifikansi sebesar α = 0,05, karena signifikan sip (p value) > taraf signifikansi α, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama. Sedangkan pada uji kesamaan dua rata-rata diperoleh nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,187 dengan tarafsignifikansi α =0,05, karena nilai Sig (2-tailed) > tarafsignifikansi α, maka kemampuan membaca siswa eksperimen dan kelompok control tidak berbeda secara signifikan atau identik sama. Hasil analisis data tahap akhir meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji perbedaan dua rata-rata. Untuk uji normalitas data akhir dari SPSS 16 menghasilkan table test of normality kelas eksperimen diperoleh signifikansip= 0,166 dengan taraf signifikan α = 0,05 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh signifikansip= 0,2 dengan taraf signifikan α = 0,05 karena kedua data tersebut mempunyai signifikansip > taraf signifikan α maka kedua data tersebut berdistribusi normal Untuk uji homogenitas diperoleh dari SPSS 16 signifikansip = 0,150 dengan taraf signifikansi sebesar α = 0,05, karena signifikansi p (p value) > taraf signifikansi α, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama.Kemudian untuk uji perbedaan dua rata-rata diketahui besarnya nilai Sig (2-tailed) = 0,034 dan taraf signifikansi α = 0,05. Ini berarti nilai Sig (2-tailed) < taraf signifikansi α, maka Ho DITOLAK. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media gambar berwarna terdapat pengaruh positif terhadap kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN Langkap 03 Kecamatan Bumiayu. Kata Kunci: Media, Gambar Berwarna, dan Kemampuan Membaca. A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa Indonesia di sekolah dasar memiliki arti penting bagi siswa, karena melalui pembelajaran bahasa Indonesia, besar harapan memudahkan dalam menerima ilmu, keadaan ini bertambah penting karena bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan bangsa Indonesia. Berbahasa Indonesia khususnya anak-anak di desa atau di daerah pedalaman, merupakan salah satu aspek atau bidang dari pengajaran bahasa Indonesia yang memegang peranan penting, bagaimana tidak bahwasanya pengajaran membaca dan menulis merupakan bahan atau modal utama untuk mempermudah dalam menangkap informasi atau pengetahuan yang disampaikan oleh seorang guru, walaupun bukan di bidang mata pelajaran bahasa Indonesia, namun dalam penyampaian pengetahuan di bidang mata pelajaran yang lain masih menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar atau resmi. Bila tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis siswa akan mengalami kesulitan belajar serta komunikasi di kelas tinggi. Melihat kenyataan yang ada di SDN Langkap 03 masih memiliki permasalahan yang perlu diberikan solusi, seperti yang dialami oleh siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Langkap 03 Kecamatan Bumiayu, dalam belajar membaca masih kurang lancar bahkan ada yang belum bisa, masih membaca dengan mengeja huruf, hal ini seperti dialami siswa kelas IV, SDN Langkap 03 yang masih belum bisa membaca. Melihat kenyataan pengajaran bahasa Indonesia dalam membaca sangat penting, maka perlu mencari solusi untuk peyelesaiannya, di sini peran seorang guru dituntut harus kreatif, agar siswanya tidak mengalami kejenuhan dalam proses pembelajaran. Media gambar berwarna, sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat penting bagi siswa karena dengan menggunakan media gambar berwarna siswa akan lebih fokus, dan akan lebih cepat menguasai materi yang sedang dibahas. Dengan menyertakan tulisan sebuah kalimat yang di dalamnya belajar mengenal huruf, menulis dan membaca dengan menggunakan media gambar berwarna. Dari sini siswa tidak merasa cepat bosan dalam menerima materi, sehingga melalui gambar yang berwarna tersebut tujuan dari pembelajaran yang disampaikan kepada siswa akan mudah tercapai, sesuai dengan harapan guru sebagai pengajar. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah Ada Pengaruh Penggunaan Media Gambar Berwarna Terhadap Kemampuan Membaca Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN Langkap 03 Tahun Pelajaran 2012/2013? 3. Tujuan Penulisan Secara umum tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengunaan media gambar berwarna terhadap kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN Langkap 03 kecamatan Bumiayu, setelah adanya penerapan media gambar berwarna dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat di jadikan bahan atau alat bantu buat seorang pendidik, yang melakukan proses pengajaran yang berlangsung didalam kelas untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. B. LANDASAN TEORI 1. Media Pendidikan a. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah” perantara atau pengantar. Media adalah pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2011: 3) mengatakan bahwa media adalah sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Menurut Heinich dalam Arsyad (2011: 4) mengatakan bahwa media adalah sebagai perentara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima, contoh televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang di proyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya. Menurut Hamidjojo dan Latuheru dalam Arsyad (2011: 4) mengatakan media adalah bentuk perentara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Beberapa pendapat di atas, mengenai media pembelajaran yang berkaitan media gambar dapat disimpulkan bahwa media pembejaran atau media gambar itu adalah suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan dari seorang guru ke muridnya dalam proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. b. Fungsi media pendidikan dan media pembelajaran terhadap media gambar Untuk media pendidikan yang digunakan dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa fungsi yaitu: Menurut Hamalik dalam Arsyad (2011: 15) mengatakan sebagai berikut: 1) Dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru 2) Membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar 3) Membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa Menurut Ibrahim dalam Arsyad (2011: 16) mengatakan sebagai berikut: “Media pembelajaran berfungsi membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbarui semangat mereka, membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pembelajaran.” Menurut Levie dan Lentz dalam Arsyad (2011: 16) mengatakan empat fungsi media pendidikan dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan media gambar: 1) Fungsi atensi adalah menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. 2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. 3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan meningkatkan informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar 4) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2011: 19) mengatakan tiga fungsi utama: 1) Memotivasi minat atau tindakan 2) Menyajikan informasi 3) Memberikan instruksi Mengenai beberapa pendapat di atas mengenai fungsi media pendidikan dalam proses pembelajaran dapat disimpulkan fungsi media adalah alat yang sengaja diadakan atau sengaja dibuat, sebagai alat bantu dalam mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang tertata dengan baik sehingga menimbulkan kenyaman dan keefektifan dalam belajar. Sebagaimana diketahui media pendidikan dan media pembelajaran yang berkaitan dengan media gambar sangat bermanfaat untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan dalam mewujudkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran di sekolah. Menurut Sudjana dan Rivai dalam Arsyad (2011: 24) mengatakan sebagai berikut: 1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar 2) Bahan pembejaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi 4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemostrsikan, memerankan, dan lain-lain. Mengenai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pendidikan dan media pembelajaran yang berkaitan dangan media gambar adalah pada intinya mengarahkan perhatiaan yang mempunyai makna dalam mengamati objek dalam proses pembelajaran. c. Pemilihan media pendidikan dan media pembelajaran terhadap media gambar Menurut Sadiman (2011: 84) mengatakan ada beberapa dasar pertimbangan pemilihan media pendidikan yang digunakan dalam proses belajar mengajar: 1) Bermaksud mendemonstrasikanya 2) Merasa sudah akrab dengan media tersebut 3) Ingin memberikan gambaran atau kejelasan yang lebih kongret 4) Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa di lakukan Menurut Mc. Connel dalam Sadiman (2011: 84) mengatakan bila media sesuai pakailah. d. Kriteria pemilihan media pendidikan dan media pembelajaran terhadap media gambar Menurut Sudjana dan Rivai dalam Arsyad (2011: 128) mengatakan kriteria pemilihan gambar (foto), diantaranya: 1) Mendukung pencapaian tujuan pembelajaran 2) Kualitas artistik 3) Kejelasan dan ukuran yang memadai 4) Validitas 5) Dan menarik Mengenai pendapat di atas kriteria dalam pemilihan media harus di kembangkan dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khas media yang bersangkutan, maka seorang guru lebih jeli dalam menentukan jenis materi yang akan disampikan dengan alat bantu media pembelajaran. e. Macam-Macam Media dalam Pembelajaran 1) Gambar atau foto diam Gambar atau foto diam adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fhotografi maupun lukisan. Media ini merupakan bahasa yang umum yang mudah dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Menurut Indriana (2011: 64) mengatakan kelebihan media gambar atau foto: Kelebihan Media Gambar (foto atau lukisan) yaitu: a) Sifat kongkrit: gambar (foto atau lukisan) kelihatannya realitis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal media. b) Gambar dapat mengatasi batas, ruang dan waktu, tidak semua benda objek atau pariwisata dapat dibawa ke kelas dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek atau pariwisata tersebut. c) Media gambar (foto atau lukisan) dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. d) Foto dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan dalam tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah dan membetulkan kesalah fahaman. e) Harganya relatif murah terjangkau di semua kalangan f) Mudah didapatkan g) Dan mudah untuk didapatkan 2) Bagan Menurut Sudjana dan Rivai (2010: 27) mengatakan bagan adalah kombinasi dari berbagai media grafis dan media gambar berwarna yang dirancang untuk memvisualisasikan hubungan antara fakta-fakta pokok atau gagasan-gagasan pokok dengan cara teratur dan logis. Bentuk-bentuk khas misalnya bagan pohon, bagan arus dan bagan tebal. Ciri-ciri media bagan yang baik antara lain: a) Dapat di mengerti siswa b) Sederhana dan lugas, tidak rumit atau berbelit-belit c) Diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap termasuk (up to date) juga tidak kehilangan daya tarik. 3) Diagram Menurut Sudjana dan Rivai (2010: 33) mengatakan diagram adalah suatu penggambaran yang disederhanakan dirancang untuk mempertunjukkan hubungan timbal-balik terutama dalam arti garis-garis dan lambang-lambang. a) Cici-ciri diagram antara lain: Diagram bersifat simbolis dan abstrak sehingga kadang-kadang sulit dimengerti. b) Untuk dapat membaca diagram seseorang harus mengetahui latar belakang tentang apa yang di diagramkan. c) Walaupun sulit dimengerti, karena sifatnya yang padat, diagram dapat memperjelas arti. d) Diagram bersifat simbolis dan abstrak sehingga kadang-kadang sulit dimengerti. e) Untuk dapat membaca diagram seseorang harus mengetahui latar belakang tentang apa yang di diagramkan. f) Walaupun sulit dimengerti, karena sifatnya yang padat, diagram dapat memperjelas arti. 2. Pengertian Membaca Menurut Crawley dan Mountain dalam Rahim (2007: 2) mengatakan membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Menurut Syafi’ie dalam Rahim (2007: 2) mengatakan membaca yaitu merunjuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, kemudian merunjuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Menurut Klen, dkk dalam Rahim (2007: 3) mengatakan bahwa definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses (2) membaca adalah strategis dan (3) membaca merupakan interaktif. Mengenai beberapa pendapat diatas dapat simpulkan bahwa membaca adalah proses dari berfikir yang menghubungkan simbol atau huruf menjadi sebuah kalimat yang membangun makna hingga dapat diartikan dengan baik dan jelas. 3. Peningkatan Kemampuan Membaca Kemampuan membaca merupakan hal yang sangat penting dalam suatu bacaan, dalam hal ini guru mempunyai peranan yang sangat besar untuk mengembangkan serta meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan dalam membaca. Menurut ahli lain kemampuan membaca yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam suatu bacaan. Soedarso (2000). ”Kemampuan Membaca.” dari http://id.forums.wordpress.com/topic/, diakses tanggal 14 Januari 2013). Dalam hal ini guru mempunyai peranan yang sangat besar untuk mengembangkan serta meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat dilakukan guru diantaranya: Dalam hal ini guru mempunyai peranan yang sangat besar untuk mengembangkan serta meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat dilakukan guru diantaranya: a. Dapat menolong para siswa untuk memperkaya kosakata mereka dengan jalan memperkenalkan sinonim kata-kata, antonim, imbuhan, dan menjelaskan arti suatu kata abstrak dengan mempergunakan bahasa daerah atau bahasa ibu mereka b. Dapat membantu para siswa untuk memahami makna struktur-struktur kata, kalimat dan disertai latihan seperlunya c. Dapat meningkatkan kecepatan membaca para siswa dengan menyuruh mereka membaca dalam hati, menghindari gerakan bibir, dan menjelaskan tujuan membaca. Menurut Cox dalam Rahim (2007: 1) mengatakan bahwa guru bisa membantu mengetahui kemampuan siswa tentang suatu bacaan dapat melakukannya dengan empat keterampilan: a. Membuat hubungan antara apa yang mereka ketahui dan apa yang akan mereka pelajari b. Menggunakan strategi untuk membaca (misalnya membuat prediksi) dan menulis (misalnya, menggambarkan pengalaman sebelumnya). c. Berpikir tentang proses membaca dan menulis mereka sendiri d. Mendiskusikan tanggapan-tanggapan mereka tentang teks yang mereka baca dan tulis. Berdasarkan pembahasan mengenai peningkatan kemampuan membaca dia atas, maka kemampuan membaca dapat artikan dengan upaya seseorang untuk belajar memahami dengan baik apa pesan yang disampaikan dalam bacaan tersebut, sehingga informasi yang diserap dapat diungkapkan kembali dengan tepat, baik secara lisan maupun secara tertulis. C. METODE PENELITIAN Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif study komparatif, bentuk penelitian ini dipandang akan dapat menjadikan bahan temuan yang mampu menjawab hipotesis, yaitu adanya pengaruh penggunaan media gambar berwarna terhadap kemampuan membaca siswa pada mata pelajaran bahasa Indoensia siswa kelas IV SDN Langkap 03 kecamatan Bumiayu. dalam penelitian ini menggunakan variabel X yaitu media gambar berwarna dan variabel Y yaitu kemampuan membaca siswa. Sumber data dalam penelitian ini meliputi: siswa kelas IV SDN Langkap 03 kecamatan Bumiayu. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah (1) teknik dokumentasi untuk memperoleh informasi atau data yang dilakukan dengan jalan mencatat keterangan yang terdapat dalam dokumen seperti: untuk SD misalkan nama-nama siswa, daftar nilai (leger) dan catatan khusus. (2) teknik observasi gejala-gejala yang dicatat dalam penelitian ini meliputi proses pembelajaran di dalam kelas dan hasil pembalajaran siswa yang selanjutnya dijadikan sebagai sumber penguatan dalam pengelolaan data. (3) teknik tes teknik pengukuran yang di dalamya ada alat prosedur atau keterangan yang diinginkan oleh seseorang untuk mendapatkan informasi yang dicarinya. dengan cara memberikan serangkaian tugas-tugas yang dikerjakan kepada responden, dalam penelitian ini tes yang digunakan untuk memperoleh data kemampuan membaca pada materi bahaya merokok, dari materi tersebut siswa membaca satu persatu ke depan yaitu tes psikomotorik. Awal mula sebelum menganalisis data, peneliti membagi kelompok dari satu kelas dibagi menjadi 2 kelompok yaitu ada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kesemuanya diberi perlakuan pre test eksperimen dan pre tes kontrol, namun untuk kelompok pre test eksperimen menggunakan media gambar berwarna sedengkan kelompok pre test kontrol tidak menggunakan media gambar berwarna, selanjutnya data yang didapat diawal dianalisis menggunakan 1. Uji normalitas Dalam uji normalitas ini peneliti menggunakan rumus Chi Square dengan prosedur sebagai berikut: a) Menentukan rentang (R), yaitu data terbesar dikurangi data terkecil b) Menentukan banyak kelas interval (K) dengan rumus: K = 1 + (3,3) log n c) Menentukan panjang interval: d) Membuat tabel distribusi frekuensi e) Menentukan batas kelas (bk) dari masing-masing kelas interval f) Menghitung rata-rata , dengan rumus: g) Menghitung varians, dengan rumus: h) Menentukan luas daerah tiap kelas interval i) Menghitung nilai chi kuadrat , dengan rumus: (Sudjana, 2005: 273) Keterangan: = harga Chi-kuadrat = frekuensi hasil pengamatan = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelompok interval j) Menentukan derajat kebebasan (dk) dalam perhitungan ini, data disusun dalam daftar distribusi frekuensi yang terdiri atas sebuah kelompok sehingga untuk menentukan kriteria pengujian digunakan rumus: k – 3, dimana k adalah banyaknya kelompok dari interval dan taraf signifikansi 0,05. k) Menentukan harga tabel l) Menetukan distribusi normalitas dengan kriteria pengujian, jika hitung tabel maka data berdistribusi tidak normal dan sebaliknya jika tabel maka data berdistribusi normal. m) Kriteria pengujian jika hitung ≤ tabel dengan derajat kebebasan dk = k – 3 dan taraf signifikan 5 % maka data berdistribusi normal. Data yang digunakan adalah data nilai awal dari kelas IV kelompok I dan kelas IV kelompok II dengan perhitungan Chi Kuadrat. 2. Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui varians yang dimiliki sama atau tidak. Untuk menyelidiki kesamaan dua varians. Rumus yang digunakan adalah: (Sudjana, 2005: 250) Dengan rumus varians untuk sampel adalah: Kelompok dikatakan homogen jika , dengan a = 5% Pengujian hipotesis yang digunakan adalah hanya data nilai awal dari kelompok yang normal. 3. Uji kesamaan dua rata-rata Dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas dapat 2 sampel. Secara random dipilih dua kelompok sebagai subjek penelitian yaitu kelas IV dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok 1 eksperiemen dan kelompok 2 kontrol. Untuk mengetahui apakah kedua kelompok bertitik awal sama sebelum dikenai perlakuan (treatment) dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan rumus: (Sudjana, 2005: 239) Pengambilan data akhir post test dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah mendapatkan data, sama dianalisis seperti rumus dan langkah yang sama namun pengambilan data akhir ini di uji setelah adanya uji normalitas, uji homogenitas adanya uji perbedaan dua rata-rata. Berikut langkah-langkahnya: a. Uji Satu Pihak (Uji Pihak Kanan) Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: Ho = rata-rata kemampuan membaca siswa yang di ajar menggunakan pembelajaran dengan media gambar berwarna kurang dari atau sama dengan rata-rata kemampuan membaca siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional atau tidak menggunakan media gambar berwarna. Ha = rata-rata kemempuan membaca siswa yang diajar menggunakan pembelajaran dengan media gambar berwarna lebih dari rata-rata kemampuan membaca yang diajar dengan pembelajaran konvensioanal atau tidak menggunakan media gambar berwarna. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji perbedaan rata-rata kemampuan membaca dengan rumus uji hipotesisnya adalah sebagai berikut Dengan : = rata-rata kemampuan membaca kelas IV kelompok 1 yang diajar dengan pembelajaran media gambar berwarna = rata-rata kemampuan membaca kelas IV kelompok 2 yang diajar dengan pembelajaran konvensional atau tidak menggunakan media gambar berwarna Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Jika = maka persamaan statistik yang digunakan adalah: (Sudjana, 2005: 239) Dengan: Keterangan: = skor rata-rata dari kelompok eksperimen = skor rata-rata dari dari kelompok kontrol = bayaknya subjek kelompok eksperimen = banyaknya subjek kelompok kontrol = varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan Kriteria pengujiannya adalah Ho diterima jika dan Ha ditolak jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t dengan dk = dan peluang ( 1 – a ). 1. Analisis Uji Hipotesis Uji hipotesis dimaksudkan untuk mengolah data yang terkumpul dari data hasil belajar sebelumnya, siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan tujuan untuk membuktikan diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan oleh penulis dan dalam pembuktian dangan menggunakan uji t. Ataupun tahapan analisisnya meliputi:. Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui dapat di uji dengan menggunakan statistik chi kuadrat. (Sudjana, 2005: 273) Keterangan: = harga Chi-kuadrat = frekuensi hasil pengamatan = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelompok interval a. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah: : : Rumus yang digunakan adalah: (Sudjana, 2005: 250) Kedua kelompok mempunyai varians yang sama apabila menggunakan = 10% menghasilkan F ≥ F dengan: b. Uji kesamaan rata-rata Keterangan: rata-rata kelas eksperimen rata-rata kelas kontrol Rumus yang digunakan adalah: a) Jika = Kriteria pengujian adalah diterima Ho jika didapat dari daftar distribusi t dengan dk n + n – 2 ) dan peluang 1-1/2.a. untuk harga-harga t lainya Ho ditolak. (Sudjana, 2005: 239) b) Jika Keterangan : t : uji t : mean sampel kelas eksperimen : mean sampel kelas kontrol : simpangan baku gabungan : simpangan baku kelompok eksperimen : simpangan baku kelompok kontrol : banyaknya kelompok eksperimen : banyaknya kelompok kontrol D. HASIL PENELITIAN Pembelajaran menggunakan media gambar berwarna pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan pembelajaran tidak menggunakan media gambar berwarna terlihat bahwa hasil belajar kedua kelompok tersebut berbeda secara nyata. Hasil analisis di bantu menggunakan program SPSS, dari hasil pre test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diuji normalitas, diuji homogenitas, diuji kesamaan dua rata-rata dan terakhir hasil pos test ada uji perbedaan dua rata-rata, berikut dapat dilihat hasilnya, hal ini ditunjukan dengan hasil uji . nilai t hitung = 2,326 dan t tabel = 2,13145, sedangkan nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,034 < 0,05. Karena t hitung > t tabel dan nilai Sig (2-tailed) < taraf signifikansi α maka H0 DITOLAK. Dengan kata lain ada pengaruh positif terhadap hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil penghitungan terlihat bahwa hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol dengan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 74,8125 dan kelas kontrol sebesar 67,1875 atau pembelajaran dengan media gambar berwarna berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa dalam materi bahaya rokok. Perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan perlakuan. Pada kelompok eksperimen yang diberi pembelajaran dengan media gambar berwarna dapat memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit dan mudah dipahami siswa. Hal tersebut dapat memberikan pengaruh positif karena siswa mampu mengeksplor dirinya melalui media tersebut untuk dapat melihat secara konkrit lebih aktif dalam pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dilihat dari tercapainya kemampuan membaca masing-masing variabel, pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar berwarna berpengaruh positif terhadap kemampuan membaca siswa kelas IV pada mata pelajaran bahasa Indonesia SDN Langkap 03 kecamatan Bumiayu. E. SARAN-SARAN Berkenaan selesainya pelaksanaan penelitian pengembangan ini, dan pembahasan yang dilakukan pada penelitian pengaruh media bergambar terhadap kemampuan membaca siswa kelas IV pada mata pelajaran bahasa Indonesia SDN Langkap 03 kecamatan Bumiayu ini, maka penulis akan memberikan beberapa saran, di antaranya: 1. Kepala Sekolah sebagai pemimpin dalam suatu lembaga pendidikan harus peka terhadap perkembangan teknologi dan metode-metode yang variatif dan kreatif untuk pembelajaran yang akan digunakan di lembaganya. 2. Pendidik harus peka terhadap pengalaman yang dialami oleh siswa sebagai bahan untuk mengembangkan media pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal. ( 2012). Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Bahri, Syamsul. (2011) Pengaruh Penggunaan Media Gambar Berwarna Terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II di SDN Sepakat Lombok. dari http://etd. eprints.ums.ac.id/13514/11/08._Daftar_Pustaka.pdf, diakses tanggal 12 Januari 2013). Be (1980). “Kemampuan Membaca”. dari http://id.forums.wordpress.com/topic/, diakses tanggal 14 Januari 2013). Darmadi, Hamid. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA, cv. Indriana, Dina. (2011). Ragam Alat Bantu Madia Pengajaran. Jogjakarta: Dina Press. Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Muftadri, (2010). Peranan Media Gambar Dalam Pengajaran. (dari http://etd. eprints.ums.ac.id/13514/11/08._Daftar_Pustaka.pdf, diakses tanggal 12 Januari 2013). Nurgiayantoro, Burhan. (2012). Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA. Nurnaningsih, Rofidah (2010). Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis dengan Media Gambar pada Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IIB di MIN Ngawen gunungkidul. dari http://etd. eprints.ums.ac.id/13514/11/08._Daftar_Pustaka.pdf, Akses tanggal 12 Januari 2013). Rahim, Farida. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Padang: Bumi Aksara. Sadiman, Arif S. (dkk). (2011). Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Dalam Rangka ECD Projact (USAID). Salim, Peter. (2002). Kamus Besar Indonesia Kontemporer. Jakarta. Balai Pustaka. Soedarso ¬(2000).¬ “Kemampuan¬ Membaca”. ¬dari http://id.forums. wordpress.com/topic/, diakses tanggal 14 Januari 2013). Anas, Sudijono. (2012). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. (2010). Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Sudjana, Nana. (2005). Metode Statistik Pendidikan. Bandung: PT. TAERSITO BANDUNG. Sugiyono (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA, cv. Widoyoko, Eko Putro (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. T. TABEL

BAB I PENDAHULUAN A. Filosofi KKN 1. Filosofi KKN Kuliah Kerja Nyata merupakan suatu kegiatan intrakurikuler wajib yang memadukan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan metode pemberian pengalaman belajar dan bekerja kepada mahasiswa dan pemberdayaan masyarakat. KKN PPM merupakan wahana penerapan serta pengembangan ilmu dan teknologi, dilaksanakan di luar kampus. KKN PPM diarahkan untuk menjamin keterkaitan antara dunia akademik-teoritik dan dunia empirik-praktis. Dengan demikian akan terjadi interaksi sinergis, saling menerima dan memberi, saling asah, asih, dan asuh antara mahasiswa dan masyarakat. 2. Tujuan dan Manfaat KKN a. Tujuan umum Untuk memenuhi salah satu pesyaratan dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) STKIP Islam Bumiayu, sebagai bahan evaluasi dan laporan tertulis yang memuat hasil kegiatan yang telah dillakukan mahasiswa KKN selama Kegiatan KKN berlangsung b. Tujuan Khusus Dalam pelaksanaan kuliah kerja nyata (KKN) ini mempunyai tujuan khusus penyusun laporan ini adalah memberi pengetahuan kepada seluruh warga Sekolah Dasar 01 Manggis akan pentingnya tanaman obat keluarga (TOGA) bagi kesehatan dan cara penanaman dan perawatan Toga yang baik serta membiasakan para siswa dan juga para guru untuk menanam tumbuhan terutama Toga di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. c. Manfaat Manfaat yang dapat diambil dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut: 1) Manfaat bagi siswa Para siswa menjadi lebih memahami bahwa tumbuh-tumbuhan bisa digunakan menjadi obat tanpa membeli obat kemasan yang modern. a) Agar para siswa tidak hanya menerapkan penanaman dan pemanfaatan Toga di lingkungan sekolah tetapi juga diterapkan di lingkungan keluarga serta masyarakat. b) Para siswa lebih mendalami tentang kegunaan Toga. 2) Manfaat bagi mahasiswa a) Mengetahui lebih lebih dalam tentang Toga, supaya para mahasiswa akan lebih sadar apa pentingnya Toga bagi kesehatan. b) Mendapat pemahaman kondisi nyata tentang bersosialisasi dengan masyarakat yang nantinya akan diterapkan dalam dunia kerja dan dunia pendidikan. c) Kita lebih mengerti tentang perawatan Toga dan pemanfaatannya. B. Profil Lokasi KKN Berdasarkan sumber monografi desa Manggis, desa ini mempunyai luas wilayah kurang lebih 410,93 Ha. Secara administratif terletak di kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes. Desa Manggis berjarak kurang lebih 4 Km dari Kecamatan Sirampog. Jumlah dusun yang ada di Desa Sirampog ini ada 11 dusun, yaitu dukuh sanganjaya, banjarsari, slawi, peninis, dukuh tengah, sambung regel, karang gedang, karang nangka, gunung kembang, salakgading, dan jati teken dan terdiri dari 4 RW dan Batas wilayah : Sebelah Utara : Desa Buniwah Sebelah Timur : Desa Mendala Sebelah Selatan : Desa Kaliloka Sebelah Barat : Desa Linggapura. Hasil sensus penduduk menunjukkan penduduk Desa Manggis pada tahun 2012 berjumlah 4682 orang dengan komposisi laki-laki berjumlah 2525 orang dan perempuan berjumlah 2696, Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan tinggi yang ditamatkan, TidakTamat SD/ tidak sekolah 1126 orang, Tamat SD sederajat 1780 orang, Tamat SLTP sederajat 762 orang, 762 orang, Tamat SLTA 420 orang, Tamat PT 82 orang. Dari segi pencaharian petani 487 orang, Buruh Tani 639 orang, Pedagang 11 orang, Nelayan 0, Pengusaha 0, PNS 33 orang, Pensiunan 3 orang, TNI/ Polri 0, Buruh Bangunan 207 orang, Buruh Industri 105 orang, Lain-lain 89 orang. C. Identifikasi Masalah Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah merupakan wujud nyata pelaksanaan Tri Dharma Pergurun Tinggi terutama dharma tentang pengabdian kepada masyarakat yang merupakan suatu kebijakan pemerintah. Hal ini dapat diperlihatkan dari beberapa faktor yang digunakan sebagai landasan-landasan yag telah ditetapkan pemerintah sebagai program nasional. Kuliah kerja nyata ini merupakan progam yang wajib dilakukan oleh mahasiswa, dimana mahasiswa terjun langsung ke masyarakat untuk menerapkan ilmu yang telah di peroleh dalam bangku perkuliahan, sehingga program yang akan direncanakan dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam pelaksanaan KKN ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa mengimplementasikan dalam melakukan latihan, penerapan, dan pengalaman ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan dan dilakukan di lingkungan masyarakat sehingga kehadiran mahasiswa dalam kuliah kerja nyata, nuaya ini dapat memberikan suatu ilmu, bantuan pemikiran, tenaga, dan teknologi juga seni dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan dalam segala bidang.Pada kesempatan ini saya selaku penulis memfokuskan kegiatan pada bidang pendidikan dan kesehatan yatu mengenai penanaman dan pemanfaatan tanaman obat keluarga ( TOGA) yang saya lakukan di lingkungan SDN 01 Manggis. D. Rumusan Masalah Berdasarkan Indentifikasi masalah yang telah disampaikan dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apaka manfaat Toga bagi kesehatan? 2. Bagaimana cara mensosialisasikan kepada siswa tentang pemanfaatan Toga bagi kesehatan? 3. Bagaimana cara merawat Toga yang telah ditanam dilingkungan sekolah SDN 01 Manggis BAB II KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH Keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan ataupun untuk dinikmati keindahanannya saja, tetapi juga bermanfaat sebagai bahan untuk mengobati berbagai penyakit. Tanaman yang ada, terutama yang tumbuh di Indonesia dikenal sebagai bahan yang ampuh untuk obat dan digunakan sebagai bahan baku industri obat di Indonesia selain juga sebagai obat-obatan tradisional. Sebenarnya, tanaman yang berguna sebagai obat dapat juga ditemui sehari-hari. Tanaman seperti kunyit, jahe, jeruk pecel dapat ditanam di pekarangan rumah dan berguna sebagai pengusir berbagai penyakit ringan sehari-hari seperti batuk, masuk angin dan panas dalam. Tak hanya itu, beberapa tanaman yang ada Indonesia terbukti ampuh mengatasi berbagai penyakit yang lebih berat. Beberapa bahkan dipercaya dapat mengatasi penyakit mematikan seperti AIDS, kanker dan sebagainya. Tanaman obat juga dapat dijadikan alternatif berobat yang lebih aman dan alami. Selain itu, tanaman obat juga baik untuk menjaga kecantikan dan kesehatan kulit dan tubuh.Tanaman obat dapat dikonsumsi dengan cara diolah terlebih dahulu. Beberapa tanaman obat dapat digunakan sehari-hari dan diolah dengan cara sederhana seperti direbus dan dicampur dengan air atau bahan-bahan lainnya. Pemanfatan penanaman Toga harus sedini mungkin dijelaskan menfaatnya kepada anak-anak supaya mereka tahu bagai mana kasiat dan pentingnya tananman obat itu. Dari pada obat-obat yang di kemasan modern biasanya mengandung efek atau alergi kepada pengonsumsi itu sendiri. Di SDN 01 Manggis kami melaksanakan penyuluhan dan penanaman Toga di lingkungan sekolah. Mereka sangat antusias dalam pelaksaan kegiatan tersebut. Dari kegiatan penanaman Toga para siswa jadi tahu pentingnya tumbuh-tumbuhan ternyata memiliki kasiat untuk mengobati penyakit tanpa membeli obat-obat modern yang ada di apotek atau di toko obat. Adapun tumbuhan yang sudah kami tanam di SDN 01 Manggis yaitu antara lain jahe, lidah buaya, kencur, kunyit, kumis kucing, lengkuas. Sebelum melaksanakan kegiatan penanaman dan pemanfaatan Toga, diambil langkah-langkah sebagai berikut: A. Kami melakukan koordinasi kepada kepala Sekolah Dasar Manggis. Tujuannya supaya kegiatan penanaman dan pemanfaatan Toga bisa berjalan dengan baik dan lancer. B. Supaya siswa-siswi SDN 01 Manggis mengetahui apa pentingnya dan manfaat Toga buat kesehatan, kami melakukan penyuluhan tentang kasiat tumbuh-tumbuhan Toga. Jadi para siswa mengerti apa tujuan kita menanam Toga dan mengetahui fungsi masing-masing tumbuhan Obat tersebut. C. Melaksanakan kegitan yang baik dengan program yang direncanakan. kami melakukan penanaman Toga bersama dengan seluruh siswa dan para guru di lingkungan sekolah. Memerlukan kerjasama yang baik antara Mahasiswa dan pihak sekolah agar kegiatan berjalan dengan lancar. BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN A. Realisasi Penyelesaian Masalah Penyusunan kegiatan yang tepat dan jelas harus di persiapkan sebelum kegiatan. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan kesiapan mahasiswa untuk melaksanakan program kegiatan. Dalam penanaman Toga di lingkungan sekolah adalah salah satu cara untuk member itahu kepada siswa-siswa akan penting dan manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Mereka akan lebih mengenal tumbuhan apa yang bisa digunakan sebagai obat dan fungsi tumbuhan itu sebagai obat apa. Dalam pelaksanaan penanaman tanaman obat keluarga (TOGA) ini harus diperlukan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan mahasiswa. Penanaman dan pemanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA) ini saya lakukan di SDN 01 Manggis. Para siswa sangat antusias sekali dalam menyimak dan ikut menanam tumbuhan obat tersebut. Table 1.1 Tanggal Kegiatan Kamis, 14 Maret 2013 Permohonan ijin kepada Kepala Sekolah SDN 01 Manggis Observasi keadaan SD dan siswa-siswi SDN 01 Manggis Identifikasi masalah Jum’at, 15 Maret 2013 Pembagian kuisioner awal Perencanaan program Sabtu, 16 Maret 2013 Pengumpulan Toga Minggu, 17 Maret 2013 Penyuluhan tentang pemanfaatan Toga Penanaman Toga di lingkungan sekolah Pembagian kuisioner akhir Evaluasi E. Khalayak sasaran Adapun yang menjadi sasaran dalam kegiatan Penanaman dan pemanfaatan Toga di lingkungan sekolah adalah sebagai berikut: Sasaran seluruh siswa SDN 01 Manggis F. Media yang digunakan Leptop, Power Point LCD. D. Metode Yang digunakan Metode yang digunakan dalam penanaman dan pemanfaatan Toga adalah metode penyuluhan tentang tenaman yang bisa di gunakan sebagai obat dan apa kasiatnya, kemudian menanam tumbuhan obat di lingkungan sekolah. Metode-metode yang kami lakukan antara lain metode observasi, ceramah, pendampingan, demostrasi. E. Hasil Kegiatan Berdasarkan kegiatan penanaman dan pemanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA) yang telah saya lakukan di lingkungan SDN 01 Manggis hasil yang saya peroleh dalam program kegiatan ini berjalan dengan baik. Pihak sekolah sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan penanaman dan pemanfaatan Toga bagi kesehatan di lingkungan sekolah. Walaupun selama kegiatan terjadi sedikit kendala pada saat siswa menanam Toga dikarenakan adanya hujan yang turun deras di daerah Manggis, sehingga menunggu hujan reda, walaupun demikian para siswa masih sangat semangat melakukan penanaman tumbuhan obat ini dengan saling bekerja sama dengan mahasiswa dan siswa-siswi sekolah setelah hujan reda dan hasil dari proses kegiatan ini berjalan dengan baik. Identifikasi masalah didapatkan dan dirumuskan berdasarkan hasil observasi dimana lingkungan di daerah ini memiliki curah hujan yang cukup, sehingga menjadikan tumbuhan didaerah ini hidup/tumbuh dengan baik,walau begitu tidk terlepas adanya perawatan yang sangat baik untuk menjaga tumbuhan supaya tumbuh dengan baik. Pembagian kuisioner awal dilakukan bagi siswa kelas 3,4,5,6 untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa yang menunjukan persentase 65%. Dan setelah penyuluhan dan penanaman Toga kami kembali membagikan kuisioner kepada para siswa untuk mengetahui peningkatan pemahamannya. Kami mendapatkan presentase yang menunjukan 89%. Hasil yang baik ini didapatkan karena kepandaian siswa-siswi SDN Manggis serta kerjasama yang baik antara mahasiswa KKN dan guru-guru SDN 01 Manggis. Akan tetapi penulis berharap program penanaman, tanaman obat keluarga (TOGA) di SDN 01 Manggis ini bisa bermanfaat bagi seluruh warga sekolah akan pentingnya Toga bagi kesehatan dan supaya para siswa dan guru-guru memiliki kebiasaan untuk menanam tumbuh-tumbuhan kususnya Toga di ingkungan sekolah mekipun pada saat pelaksanaan terjadi sedikit kendala. 1. Faktor Pendorong Adapun faktor pendorong dalam pelaksaanan kegiatan ini adalah: a. Sambutan yang positif dari pihak sekolah terutama Kepala Sekolah dan para guru SDN 01 Manggis. b. Dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan, dan dukungan kepada kami selaku mahasiwa agar kami dapat melaksanakan tugas dan program-program dengan baik. 2. Faktor Penghabat Adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah: a. Adanya Iklim/cuaca yang tidak menentu yang terkadang menjadi kendala tersendiri dari siswa-siswi untuk berangkat kesekolah karena pelaksanaan dilaksanakan di luar jam sekolah yang termasuk kedalam ekstrakulikuler b. Pengadaan Tanaman obat keluarga ( TOGA), yang mau ditanam karena tidak semua menemukan tanaman yang tergolong kedalam tanaman obat keluarga. F. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Setelah kami melakukan kegiatan penanaman dan pemanfaatan Toga di SDN 01 Manggis kami mendapat kesimpulan sebagai berikut: a. Kami sebagai penulis dalam laporan pelaksanaan kegiatan penanaman dan pemanfaatan Toga yang telah kami lakukan di SDN 01 Manggis mendapatkan hasil yang baik dan cukup memuaskan. Para siswa jadi lebih mengenal apa itu tumbuhan Toga dan bagaimana cara pemanfaatnya untuk kesehatan. b. Pada program kuliah kerja nyata yang telah terlaksanakan, mahasiswa menjadi lebih mengenal apa itu Toga dan apa pentingya Toga untuk kesehatan. Saya selaku mahasiswa supaya bisa menerapkan penanaman dan pemanfaatan Toga ini dilingkungan keluarga dan di lingkungan masyarakat, yang hasilnya bisa bermanfaat untuk kesehatan tubuh. 2. Saran Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, saya selaku penulis berharap para siswa dan para guru senantiasa melakukan kegiatan penanaman dan pemanfaatan Toga dilingkungan sekolah. Tidak hanya dilingkungan sekolah saja, tetapi juga supaya bisa diterapkan di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat agar nantinya bisa berguna untuk lebih kedepannya. Sehingga dengan seiringnya waktu kegiatan penanaman dan pemanfaatan Toga menjadi suatu kebiasaan yang akan selalu diterapkan.

Umat muslim melakukan salat 5 waktu dalam sehari. Namun ketika bulan Ramadhan, ada tambahan salat Tarawih yang dilakukan seusai salat Isya' di malam hari. Gerakan salat diketahui dapat meningkatkan fleksibiltas dan kebugaran otot tubuh, demikian pula dengan salat Tarawih yang durasinya relatif lebih panjang. "Tingkat metabolisme otot meningkat ketika melakukan salat sehingga menyebabkan kekurangan oksigen dan nutrisi otot. Kekurangan ini akan menyebabkan vasodilatasi, peningkatan kaliber pembuluh darah, sehingga memungkinkan darah mengalir dengan mudah kembali ke jantung. Peningkatan beban jantung akan memperkuat dan memperbaiki sirkulasi otot jantung," kata Dr Ibrahim B. Syed, Ph.D, profesor kedokteran klinis dari University of Louisville School of Medicine seperti dilansir Islam for Today, Senin (23/7/2012). Menurut dr Ibrahim, glukosa darah dan plasma insulin mulai meningkat dalam waktu 1 jam atau lebih setelah berbuka puasa. Glukosa dan gula darah mencapai tingkat tinggi dalam waktu 1 atau 2 jam kemudian. Saat masuk salat tarawih, glukosa yang beredar akan dimetabolisme menjadi karbon dioksida dan air agar tetap stabil. Tak hanya itu, doa-doa yang dilantunkan selama Tarawih membantu pengeluaran kalori ekstra dan meningkatkan fleksibilitas, koordinasi, mengurangi stres, kecemasan dan depresi. Lebih lanjut lagi, dr Ibrahim menjelaskan berbagai manfaat salat Tarawih bagi kesehatan, yaitu: 1. Meningkatkan kebugaran fisik Ketika melakukan sedikit upaya tambahan dalam melakukan salat Tarawih, terjadi peningkatan daya tahan, stamina, fleksibilitas dan kekuatan tubuh. Salat menghasilkan perubahan fisiologis yang sama seperti ketika jogging atau berjalan, namun tanpa efek samping. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 17.000 orang alumni Harvard memberikan bukti kuat bahwa latihan aerobik setara dengan joging sekitar 3 mil sehari, meningkatkan kesehatan dan dapat memperpanjang usia. Pria yang mengeluarkan energi sekitar 2000 kkal setiap minggu memiliki angka kematian seperempat sampai sepertiga kali lebih rendah dibandingkan yang sedikit atau tidak berolahraga. 2. Meningkatkan daya tahan lansia Seiring pertambahan usia, aktivitas yang dilakukan seseorang berkurang karena tulangnya menjadi makin tipis. Jika tidak dirawat, maka risiko osteoporosis sudah menanti. Gangguan ini paling banyak dialami wanita ketika memasuki menopause akibat penurunan estrogen. Saat melakukan gerakan berulang dan teratur selama salat, maka kekuatan otot, tendon, fleksibilitas sendi dan respon kardiovaskular meningkat. Oleh karena itu salat Tarawih memungkinkan para lansia tetap siap ketika menghadapi kesulitan tak terduga yang dapat melukai tubuhnya. Tarawih akan meningkatkan daya tahan dan kepercayaan diri untuk menjadi mandiri. 3. Membantu mengontrol berat badan Salat dapat mengontrol berat badan dan mengeluarkan kalori tanpa meningkatkan nafsu makan. Kombinasi dari pembatasan asupan makanan saat sahur dan buka puasa disertai Tarawih akan membantu mengurangi berat badan. Berat badan akan tetap terkontrol jika tidak makan terlalu banyak pada sahur dan buka puasa serta rajin melakukan Tarawih. 4. Meningkatkan suasana hati Olahraga diketahui dapat meningkatkan suasana hati dan kualitas hidup sekaligus mengurangi kecemasan dan depresi. Peneliti dari Universitas Harvard, Dr Herbert Benson, menemukan bahwa melafalkan do'a dan ayat kitab suci ditambah aktifitas ringan akan memicu relaksasi yang dapat menurunkan tekanan darah, tingkat pernapasan dan denyut jantung. Oleh karena itu, Tarawih membuat pikiran berada dalam keadaan rileks. Keadaan tenang pikiran ini juga mungkin dipicu pelepasan hormon encephalins dan endorfin ke dalam sirkulasi darah.

Gambaran pengembangan iptek yang tidak sesuai dengan Nilai-nilai pancasila Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahtraan dan peningkatan harkat dan martabatnya maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi ( iptek) pada hakekatnya merupakan suatu hasil kreativitas rokhani manusia, unsur jiwa ( rokhani) manusia meliputi aspek akal rasa dan kehendak. Akal merupakan potensi rokhaniah manusia dalam hubungan dengan intelektualitas , rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral ( etika). Atas dasar kreativitas akalnya manusia mengembangkan iptek dalam rangka untuk memperoleh kekayaan alam yang di sediakan oleh tuhan yang maha esa, oleh karena itu tujuaan yang essensial dari ipteks adalah demi kesejahtraan umat manusia, sehingga iptek pada hakekatnya tidak bebas nilai namun terikat olaeh nilai. Dalam masalah ini pancasila telah memberikan dasar nilai–nilai bagi pengembangan iptekdemi kesejahtraan hidup manusia. Pengembangan iptek sebagai hasil budaya manusia harus di dasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi sistem etika dalam pengembangan iptek. Sila ketuhanan yang maha Esa, mengomplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta, pertimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa, dan kehendak berdasarkan sila ini iptek tidak hanya memberikan apa yang di temukan, dibuktikan dan di ciptakan tetapi juga di pertimbangkan maksud-maksudnya dan akibatnya apakah merugikan manusia dengan sekitarnya.Pengolahan di imbangi dengan melestarikan. Sial ini menepatkan manusia di alam semesta bukan sebagi pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang di kelolanya. (T. Jacob, 1986). Contoh nilai iptek yang tidak sesuai dengan nilai pancasila, Adanya kebebasan dalam memeluk agama seiring dengan kemajuan jaman banyak bermunjulan berbagai macam bentuk aliran-aliran yang muncul di indonesia yang tentunya bertentangan dengan nilai pancasila,misalkan Aliran Ateisme: mewajibkan untuk pemeluknya untuk tidak mempercayai tuhan dalam artian bahwa kehidupan itu di tentukan oleh hukum- hukum kehidupan tertentu, agama dimusuhi kerena menganggap agama sebagai penghalang kemajuan memelihara kekolotan. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab,memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam pengembangan iptek haruslah bersifat beradab, iptek adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradap dan bermoral. Oleh karena itu pengembangan ipteks haruslah di dasarkan pada hakekat tujuan demi kesejahtraan umat manusia, iptek bukan untuk kesombongan , kecongkaan dan keserakahan manusia namun harus di abdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia. Contoh nilai iptek yang tidak sesuai dengan nilai pancasila, dengan pengembangan iptek semakin pesat kemajuan teknologi sekarang lebih mudah dalam melakukan hal, nilai negatif menjadikan moralitas tidak beradab melakukan hal kesusilaan perzinahan lalu di unggah keyoutube di internet, tanpa tanggung jawab yang jelas dari sini akan merusak moralitas generasi penerus bangsa karena mudah seakan–akan difasilitas warnet . Sila persatuan indonesia, mengkomplementasiakan universalia dan internasionalisme ( kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan iptek diarahkan demi kesejahtraan umat manusia termasuk didalamnya kesejahtraan bangsa indonesia. Pengembangan ipteks hendaknya dapat mengembangkan rasa nasioanisme. Kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia. Contoh nilai iptek yang tidak sesuai dengan nilai pancasila, semangat nasionalisme tidak hilang cinta tanah air dan kebersamaan Binika tunggal ika, misalnya lebih mencintai produk barang laur negri ketimbang produk barang dalam negri, hilangnya kebersamaan disaat kita terpuruk belum lama ini mengenai kenaikan bbm naik namun sangat disayangkan malah saling tuduh sana sini saling tuding sana sini menyalahkan tidak adanya kekompakan dan kebersamaan untuk saling menyadarkan dan mencari solusi bukan dengan demo yang anarkis dll yang merugikan banyak pihak. Sila kerayatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, mendasari pengembangan iptek secara demokratis. Artinya setiap ilmuan haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan iptek. Selain itu dalam pengembangan iptek setiap ilmuan juga harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap yang terbuka artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun di bandingkan dengan penemuan teori lainnya. Contoh Nilai yang tidak sesuai dengan nilai pancila, memiliki sikap yang terbuka mendengarkan masukan kritikan demi membangun dan memajukan dalam segala bidang, misal yang mempunyai kekuasaan harus mendengarkan dan menerima masukan, kritikan dari kalangan masyarakat bawah tidak hanya dari kalangan elit politik dll. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. mengkomplementasikan pengembangan iptek haruslah menjaga keseimbangan kaeadilan dalam kehidupan manusia yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusaia dengan tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya ( T. Jacob, 1986). Contoh nilai iptek yang tidak sesuai dengan nilai pancasila,memikirkan keseimbangan bersama dalam keadilan dalam kehidupan maksudnya disini mempunyai sikap sosial yang tinggi tidak hanya mikirkan dirinya sendiri menghilangkan sikap yang merugikan orang banyak. Misalkan dalam kasus hukum,hukum bisa di beli dengan uang yang tadinya tersangka bersalah menjadi tidak bersalah karena suap menyogok dengan uang dengan maksud meringankan bahkan menghilangakan hukuman. Selanjutnya T.Jacob (2000) berpendapat bahwa Pancasila mengandung hal-hal yang penting dalam pengembangan iptek, yaitu: 1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengingatkan manusia bahwa ia hanyalah makhluk Tuhan yang mempunyai keterbatasan seperti makhluk-makhluk lain, baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Ia tidak dapat terlepas dari alam, sedangkan alam raya dapat berada tanpa manusia. 2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, usaha untuk menyejahterakan manusia haruslah dengan cara-cara yang berprikemanusiaan. Desain, eksperimen, ujicoba dan penciptaan harus etis dan tidak merugikan uamat manusia zaman sekarang maupun yang akan datang. Sehingga kita tidak boleh terjerumus mengembangkan iptek tanpa nilai-nilai perikemanusiaan. 3. Sila Persatuan Indonesia, mengingatkan pada kita untuk mengembangkan iptek untuk seluruh tanah air dan bangsa. Dimana segi-segi yang khas Indonesia harus mendapat prioritas untuk dikembangkan secara merata untuk kepentingan seluruh bangsa, tidak hanya atau terutama untuk kepentingan bangsa lain. 4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, membuka kesempatan yang sama bagi semua warga negara untuk mengembangkan iptek, dan mengenyam hasilnya, sesuai kemampuan dan keperluan masing-masing. 5. Sila Keadilan sosial, memperkuat keadilan yang lengkap dalam alokasi dan perlakuan, dalam pemutusan, pelaksanaan,perolehan hasil dan pemikiran resiko, dengan memaksimalisasi kelompok-kelompok minimum dalam pemanfaatan pengembangan teknologi. Berkat kemajuan IPTEK, kini kita begitu mudah berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat dunia. Terjadinya proses akulturasi dan pengaruh nilai-nilai kebudayaan antar bangsa secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi nilai, tata hidup, gaya hidup, sikap hidup, maupun pikiran kita. Untuk itu diperlukan sikap bijaksana, yaitu kesediaan untuk membuka diri terhadap tuntutan jaman, sekaligus waspada terhadap nilai-nilai sosial budaya dari luar. Hanya nilai-nilai yang sesuai dengan kepribadian kita yang kita serap. Dengan meningkatnya hubungan antar bangsa di dunia, maka pengaruh tata nilai dan budaya luar akan makin tinggi pula masuk ke Indonesia. Akibatnya kalau kita tidak mempunyai ketahanan mental, ideologi, dan kewaspadaan kita dapat menjadi korban globalisasi dan pergaulan antar bangsa. Sadar akan besarnya bahaya yang akan mengancam moralitas bangsa, pemerintah mengambil langkah-langkah guna mempertahankan kepribadian bangsa Indonesia kepribadian yang dimaksud adalah kepribadian yang berakar dan bersejarah dan kebudayaan Indonesia. Yaitu kebudayaan yang menghargai keserasian dan keselarasan sebagai nilai esensial. Nilai-Nilai yang Dapat Merusak Kepribadian Bangsa dan pengaruh dampak negatif iptek Adapun beberapa nilai-nilai yang tidak sesuai atau lebih – lebih yang dapat merusak kepribadian bangsa yang harus kita tolak, misalnya : 1) Sekularisme, yaitu paham atau pandangan falsafah yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu didasarkan pada ajaran agama. 2) Individualisme, yaitu sikap yang mementingkan kepentingan sendiri 3) Hedonisme, yaitu paham yang melihat bahwa kesenangan atau kenikmatan menjadi tujuan hidup dan tindakan manusia 4) Materialisme, yaitu sikap yang selalu mengutamakan dan mengukur segala sesuatu berdasarkan materi. Hubungan batiniah tidak lagi menjadi bahan pertimbangan dalam hubungan antar manusia 5) Ekstremisme, yaitu pikiran atau tindakan seseorang yang melampaui batas kebiasaan / norma-norma yang ada dan berlaku di suatu tempat 6) Chauvinisme, yaitu paham yang mengagung-agungkan bangsa sendiri dan merendahkan bangsa lain 7) Elitisme, yaitu sikap yang cenderung bergaya hidup berbeda dengan rakyat kebanyakan 8) Konsumenisme, yaitu paham atau gaya hidup menganggap barang-barang sebagai ukuran kebahagiaan dan kesenangan 9) Diskriminatif, yaitu sifat seseorang yang suka membeda-bedakan antar yang satu dengan lainnya 10. Glamoristik, yaitu sikap atau gaya hidup suka menonjolkan kemewahan

Meneladani Kesabaran Nabi Ibrahim AS “Sabar itu pahit melebihi empedu; tetapi hasilnya manis melebihi madu”. Demikian pernyataan bijak memotivasi kita untuk bersabar dalam hidup ini. Kata sabar memang semakin populer ketika bangsa ini dihimpit oleh berbagai bencana. Banjir bandang di Wasior, gempa dan tsunami di Mentawai serta letusan gunung merapi di perbatasan Yogyakarta dan Jateng menjadi duka nasional yang memprihatinkan. Rentetan musibah yang datang menjelang hari raya besar umat Islam, Idul Adha, mengingatkan kita kembali kepada sosok Nabi Ibrahim As sebagai sang teladan. Ada dua Nabi yang ditegaskan Allah sebagai uswatun hasanah dalam al-Qur’an, yaitu Nabi Muhammad SAW (al-Ahzab/33: 21) dan Nabi Ibrahim as (Qs. Al-Mumtahanah/60: 4). Banyak hal yang dapat diteladani dari Nabi Ibrahim, salah satu di antaranya adalah sifat sabar. Paling tidak ada tiga fase perjuangan dalam hidup Nabi Ibrahim as yang membutuhkan kesabaran tingkat tinggi. Pertama, upaya menemukan keyakinan yang benar (tauhid). Awalnya, Ibrahim dibesarkan dalam keluarga yang menyembah berhala. Bahkan ayahnya pemahat patung yang disembah oleh masyarakat setempat. Ibrahim pun melakukan pemberontakan terhadap apa yang disembah oleh ayah dan kaumnya. Pencarian awal masih bersifat empiris di mana ketika malam tiba, ia menyaksikan bintang-bintang yang gemerlapan. Muncullah ketakjuban dalam dirinya sehingga ia menyangka jika bintang itu adalah tuhan. Namun tatkala bintang-bintang itu sirna ia bergumam, “Aku tidak suka kepada Tuhan yang tenggelam”. Lalu ia melihat bulan dengan sinarnya yang indah dan cemerlang. Lantas ia pun berpikir inilah tuhanku. Akan tetapi bulan itu pun tenggelam lalu ia berkata “Sungguh jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. Keesokan harinya ia melihat matahari bersinar terang, dia pun berkata “inilah tuhanku, sebab ini lebih besar”. Lagi-lagi benda yang ia anggap tuhan itu tenggelam di ufuk Barat. Pencarian Tuhan yang ia lakukan berakhir dengan adanya petunjuk (hidayah) dari Allah. Ia pun menyimpulkan dan berikrar, “Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mentaati) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik”. (lihat kisah ini dalam QS. Al-An’am/6: 76-78). Inilah awal perjuangan yang berat dialami oleh Nabi Ibrahim. Suatu perjuangan yang mendobrak tradisi bahkan keyakinan yang sudah mengakar di tengah-tengah masyarakatnya. Konsekuensinya adalah Ibrahim dibenci, termasuk oleh ayah yang dikasihinya. Bahkan sang ayah mengancam akan merajam dan akhirnya mengusir Ibrahim pada waktu yang lama (QS. Maryam/19: 42-46). Suatu perjuangan yang amat pahit, dengan kesabaran dalam menemukan hakikat kebenaran, akhirnya membuahkan hasil yang gemilang; itulah hidayah dari Allah. Bahkan, ia pun diangkat sebagai Rasulullah (QS. Al-Baqarah/2: 124). Kedua, memperjuangkan akidah dan berhadapan dengan Namrud. Sebagai seorang Nabi, Ibrahim pun mengajak kaumnya untuk menyembah Allah yang menciptakan langit dan bumi. Ia tetap melakukan dialog yang argumentatif untuk meyakinkan kaumnya. Akan tetapi kebanyakan dari mereka tetap berpegang teguh kepada ajaran nenek moyangnya. Menyikapi kondisi itu, Nabi Ibrahim AS membuat siasat untuk menyadarkan kaumnya. Suatu ketika ia memasuki biara tempat patung-patung dikumpulkan dan dipuja. Ia menghancurkan patung-patung itu berkeping-keping, kecuali yang terbesar dibiarkan tetap utuh untuk memancing mereka agar bertanya. Namun upaya yang terkesan dengan cara “kekerasan” itu tidak membuahkan hasil yang gemilang. Ibrahim yang telah dicurigai sebagai pelaku penghancuran berhala itu menjawab pertanyaan mereka: “Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka jika mereka dapat berbicara”. Awalnya, jawaban itu memang membuat mereka terpana dan menundukkan kepala. Mereka pun berkata: “Engkau pasti tahu bahwa (berhala-berhala) itu tidak dapat berbicara?”. Ibrahim menjawab: “Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kamu?” Akan tetapi mereka bukan tunduk, malah sebaliknya semakin berang dan berteriak: “Bakar Ibrahim, bantulah tuhan kalian.” Mereka pun membakar tubuh Ibrahim di antara tumpukan kayu bakar. Kesabaran yang begitu kuat di dada Ibrahim tidak membuatnya surut menegakkan kebenaran, meskipun nyawa taruhannya. Lagi-lagi sifat sabar yang pahit itu berbuah hasil yang manis. Api yang sifatnya membakar tiba-tiba keluar dari hukumnya; api panas dan membakar kayu, tetapi tidak membakar tubuh Ibrahim (QS. Al-Anbiya’/21: 52-70). Api yang merupakan makhluk Allah yang senantiasa tunduk kepada hukum Allah segera mematuhi perintah Allah agar dingin dan menyelamatkan tubuh Ibrahim, sebab Ibrahim adalah makhluk Allah yang taat. Ketiga, Nabi Ibrahim as menginginkan seorang anak. Hampir seabad usia Nabi Ibrahim, namun ia belum juga dianugerahkan seorang anak. Karena besarnya keinginan itu, ia pun mengikuti keinginan istrinya, siti Sarah, agar menikahi pembantunya, Siti Hajar. Bagi Ibrahim, beristri dua bukan karena syahwat, tetapi menginginkan keturunan yang shaleh, yang diharapkan kelak melanjutkan perjuangannya dalam menegakkan agama tauhid. Allah pun menganugerahkan seorang anak yang berkarakter halim (QS. Al-Shaffat 101), yang diberi nama Isma’il. Namun, anak yang berpuluh tahun dinanti kelahirannya, ketika tampak sifatnya yang mulia lagi cerdas, Allah malah menguji cinta Nabi Ibrahim; apakah lebih mencintai Isma’il atau tuhannya? Allah pun memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih Ibrahim melalui mimpinya (QS. Al-Shaffat/37: 102). Suatu ujian yang sangat mengguncang batin; sulit dilakukan oleh orang tua dimana pun. Dengan sabar, Ibrahim menjalankan perintah itu demi cintanya kepada Allah. Tapi cintanya kepada Allah tidaklah sia-sia. Sebelum penyembelihan itu terjadi, Allah mengganti tubuh Isma’il dengan seekor sembelihan (kibas/kambing). Peristiwa ini menjadi amal yang disyari’atkan kepada umat Muhammad berupa penyembelihan hewan kurban di bulan haji. Tiga fase perjuangan Nabi Ibrahim as di atas sesungguhnya ujian yang berat ditimpakan Allah kepadanya. Namun, dengan keimanan dan kesabaran yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim, perjuangan itu berbuah hasil yang menggembirakan. Inilah yang dijanjikan Allah kepada orang yang beriman lagi sabar, mereka dilimpahkan keselamatan, kasih sayang (rahmat), dan hidayah (Qs. Al-Baqarah/2: 157). Jika kita merujuk pendapat Imam al-Ghazali, ada tiga bentuk kesabaran yang mesti dimiliki oleh setiap muslim, yaitu: sabar dalam ketaatan, sabar dalam kemaksiatan, dan sabar dalam menghadapi musibah. Tampaknya ketiga bentuk kesabaran ini dimiliki oleh Nabi Ibrahim. Sabar dalam ketaatan, ia siap menyembelih putra kesayangannya demi mematuhi peraturan Allah. Sabar dalam kemaksiatan, ia terhindar dari penyembahan terhadap berhala meski dibenci dan dimusuhi oleh banyak orang. Begitu pula sabar dalam musibah, ia tetap sabar menunggu berpuluh tahun kelahiran putranya hingga di usia relatif senja. Sebagai umat Nabi Muhammad SAW; kita patut meneladani kesabaran Nabi Ibrahim as. Sudah seberapa besar tingkat kesabaran kita dalam menghadapi berbagai musibah/ujian yang diberikan Allah. Sudah seberapa pula pengorbanan yang kita lakukan untuk memperjuangkan aqidah dan menebarkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat? Sepahit apa pun musibah yang menimpa kita, terutama berbagai bencana alam yang ada; maka kesabaran menjadi kunci utama. Sabar bukan berarti pasrah tanpa ikhtiar. Sabar hendaknya menjadi muatan nurani, kekuatan batin yang memotivasi hidup agar tetap optimis dan punya semangat juang yang tinggi dalam menjalani hidup ini sesuai petunjuk Ilahi. Perkuat keimanan, perdalam ilmu pengetahuan, perbanyak menebar kabaikan, insya Allah ada hikmah besar di balik bencana bagi bangsa ini. Ingatlah, kesabaran tidak akan disia-siakan oleh Allah Yang Maha Sabar (ash-Sabur). Wallahu a’lam.

"Kiat Memelihara Ilmu"

Kiat Memelihara Ilmu “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. Al-Mujadilah/58: 11). Ilmu pengetahuan sangat menentukan kesuksesan dan kebahagiaan seseorang. Dengan ilmu, harkat dan martabat seseorang bisa terangkat. Dan dengan ilmu pula seseorang mudah melakukan perubahan hidupnya ke arah yang lebih baik. Rasulullah SAW pun menegaskan bahwa ilmu menjadi syarat utama untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hanya saja tidak semua orang yang telah memperoleh ilmu mampu memeliharanya. Akibatnya ia termasuk kepada kelompok orang-orang yang lupa (ghafilun). Lupa yang dimaksud bisa dalam dua hal; pertama, lupa dalam bentuk ingatan sehingga apa yang telah ia ketahui dan pelajari tidak mampu ia kemukakan. Lupa jenis ini biasa terjadi pada seorang pelajar. Ia telah belajar di sekolah hingga di bangku kuliah, namun tidak semua ilmu yang ia peroleh dapat bertahan dalam ingatannya. Akibatnya, ia sulit mengembangkan dirinya di tengah-tengah masyarakat sesuai dengan ilmu yang telah dipelajari. Kedua, lupa dalam bentuk perilaku, yaitu tidak sesuai antara apa yang ia ketahui dengan apa yang ia lakukan. Singkatnya, ia menjadi lupa diri. Berilmu tapi tak beramal. Ilmu yang dimiliki tidak menjadi muatan nurani. Dan ia mengalami split personality (kepribadian yang terpecah). Bisa jadi seseorang menguasai berbagai cabang keilmuan, memiliki sederatan gelar akademik, tetapi berindak kriminal, korup, dan tampil sebagai penentang ayat-ayat Tuhan. Kedua bentuk lupa akibat tidak terpeliharanya ilmu di atas menunjukkan bahwa ilmu yang dimiliki tidak memperoleh keberkahan. Karena itu perlu dilakukan berbagai upaya agar ilmu itu tetap terpelihara dan menjadi sikap batin yang mempengaruhi perbuatan seseorang. Rasulullah SAW pernah mengemukakan ada lima kiat yang harus dibiasakan seseorang agar ilmunya tetap terpelihara. Pertama, shalat malam walau hanya dua rakaat (shalatullaili walau rak’ataini). Daya ingat sangat dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi seseorang ketika menerima dan menyerap ilmu pengatahuan. Jika tingkat konsentrasinya tinggi, maka ia akan mudah menyerap suatu ilmu. Konsentrasi itu perlu dilatih. Salah satu cara yang ditempuh untuk melatihnya adalah dengan membiasakan shalat malam pada waktu sepertiga akhir malam, sebab shalat membutuhkan kekhusyukan. Selain itu, shalat malam udara demikian segar dan baik untuk kesehatan. Ketika seseorang sujud di waktu tahajud, maka darah yang mengandung oksigen dari udara yang segar itu akan mengalir ke sel-sel syaraf otak. Hal ini akan berdampak positif terhadap kecerdasan otak itu sendiri. Tidak saja otak, qalbu pun memperoleh ketenangan dan terhindar dari penyakit-penyakiti hati. Semua ini akan mendorong seseorang untuk mampu memelihara ilmunya; untuk diingat dan diamalkan. Kedua, senantiasa dalam keadaan berwudhu’ (dawamul wudhu’). Setiap kali wudhu-nya batal, maka ia segera memperbaharuinya. Intinya, ia selalu memelihara kesucian dirinya, baik secara lahiriyah maupun batiniyah. Secara lahiriyah, kebersihan dan kesucian jasmani akan menambah kebugaran dan kesehatan fisik. Kesehatan ini menjadi modal utama untuk mudah menerima dan memelihara ilmu. Demikian pula kesucian rohani sangat mempengaruhi ingatan seseorang. Hal ini pernah dialami oleh Imam Syafi’i. ketika ia masih menjadi seorang pelajar, ia pernah mengeluh soal penyakit lupa ini kepada gurunya imam waqi'. Katanya dalam satu syair, "aku mengeluh kepada guruku (imam waqi) akan jeleknya hafalanku, maka guruku menasehati untuk meninggalkan maksiat. karena sesungguhnya ilmu itu adalah cahaya Allah dan cahaya itu tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat". Ketiga, senantiasa bertakwa baik dalam keadaan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi (at-taqwa fissirri wal ‘alaniyah). Takwa berarti tidak bermaksiat. Maksiat akan menutup hidayah Allah sehingga ilmu yang ia pelajari tidak terpelihara, sebagaimana yang dijelaskan imam Waqi di atas. Takwa juga berarti sikap berhati-hati. Seorang pelajar yang menuntut ilmu harus teliti dan berhati-hati dalam membaca, menelaah dan memperoleh ilmu pengetahuan. Sikap takwa itu juga mesti dilakukan secara konsisten, baik di hadapan orang ramai, maupun dalam keadaan sunyi. Begitu pula sikap belajar, jika seseorang hanya tekun menuntut ilmu di saat banyak yang menyaksikan, maka ilmu yang ia pelajari tidak akan melekat dalam ingatannya. Keempat, memakan makanan yang bernilai takwa, bukan memenuhi keinginan syahwat (an ya’kula littaqwa la lisysyahawat). Makanan yang bernilai takwa adalah makanan yang halalan tayyiban. Halal berarti tidak dilarang secara syariat, sedangkan tayyib berarti baik untuk kesehatan sesuai dengan kondisi seseorang. Jika makanan yang dikonsumsi haram, baik zat atau cara memperolehnya, akan mengakibatkan rohaniah seseorang kotor dan berpenyakit. Itu sama artinya dengan bermaksiat, sebagaimana yang dijelaskan di atas. Imam al-Ghazali pun pernah berkata bahwa sesuap makanan yang haram dikonsumsi seseorang akan menjadi darah yang mengalir ke otaknya sehingga otaknya cenderung berpikir kepada hal-hal yang diharamkan. Akibatnya, ilmu yang merupakan cahaya Allah (nur Allah) akan terhijab karena haramnya makanan tersebut. Sebaliknya, jika makanan itu tidak bergizi, maka daya tahan tubuhnya akan mudah terserang penyakit. Kelima, bersiwak. Siwak artinya menggosok gigi, sehingga mulutnya bersih, sehat dan segar. Mulut menjadi organ tubuh yang turut terlibat dalam proses pencarian dan pengembangan ilmu. Bahkan transfer ilmu yang dilakukan dalam proses pembelajaran masih banyak yang menggunakan cara lisan di samping tulisan. Namun, siwak yang dimaksud tidak saja dalam artian fisik. Tetapi yang lebih penting lagi adalah membersihkan lidah dari perkataan-perkataan yang kotor, menyakitkan orang lain dan tidak berfaedah. Tegasnya, orang yang berilmu akan semakin bertambah ilmunya jika ia mampu berkomunikasi dengan baik. Tanpa komunikasi yang baik maka ilmu pengetahuan akan sulit diperoleh dan dikembangkan. Kelima kiat di atas mesti dibiasakan oleh setiap orang yang menginginkan ilmunya terpelihara sehingga Allah mengangkat derajatnya. Tentu semua itu mesti dilandasi oleh iman yang kuat lagi mantap. Dengan begitu, maka terjadi sinergisitas antara iman, ilmu dan amal. Wallahu a’lam.

Pendidikan Karakter Berbasis al-Qur’an Kunci keberhasilan dakwah Rasulullah SAW adalah keagungan akhlak yang dimilikinya (Qs. Qalam/68: 4). Dengan modal itu, maka beliau pun menjadi teladan/uswatun hasanah (Qs. Al-Ahzab/33: 21) bagi umatnya. Hanya dalam 23 tahun ia berhasil menjalankan misinya dalam menyempurnakan akhlak manusia (li utammima makaarim al-akhlaq) sehingga masyarakat jahiliyah berganti menjadi masyarakat madani. Lalu bagaimana bentuk keagungan akhlak Nabi Muhammad SAW itu? Pertanyaan ini juga pernaha dirasakan oleh para sahabat sehingga di antara mereka ada yang bertanya kepada Siti A’isyah. Istri Nabi Muhammad ini pun menjawab: kana khuluquhu al-Qur’an, akhlaknya adalah al-Qur’an (HR. Abu Dawud dan Muslim). Demikianlah karakter Nabi Muhammad SAW. Ia laksana al-Qur’an berjalan. Dengan al-Qur’an itu pula ia mendidik para sahabatnya sehingga memiliki karakter/akhlak yang begitu kuat. Sahabat-sahabat yang berkarakter berbasis al-Qur’an tersebut menjadi modal utama dalam membangun masyarakat berperadaban tinggi. Belajar dari keberhasilan Rasulullah SAW tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mendidik karakter manusia, terutama yang mengaku Islam sebagai agamanya, mesti berdasarkan kepada al-Qur’an. Dalam konteks kekinian, pendidikan karakter menjadi tema hangat untuk diterapkan melalui lembaga pendidikan formal. Bahkan Kementerian Pendidikan Nasional melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum telah merumuskan program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” atau disingkat dengan PBKB, sejak tahun 2010 lalu. Dalam proses PBKB, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat. Dan dalam program tersebut, terdapat 18 nilai yang dikembangkan, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komuniktif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung-jawab. Program ini patut direspon oleh masyarakat, terutama praktisi pendidikan dan stakeholder yang terkait. Namun, konsep PBKB masih bersifat umum sehingga masih membutuhkan ide-ide kreatif dalam pengembangannya. Di era otonomi ini, pemerintah daerah, termasuk sekolah, sesungguhnya memperoleh peluang yang besar untuk mengembangkan berbagai program yang sesuai dengan kebutuhannya, termasuk mengembangkan konsep pelaksanaan pendidikan karakter tersebut. Selaku umat Islam yang meyakini al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, sejatinya memanfaatkan peluang ini. Lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, madrasah termasuk sekolah umum yang terdapat di dalamnya—apalagi mayoritas—siswa beragam Islam, seyogyanya merumuskan konsep pendidikan karakter berbasis al-Qur’an. Sebab secara teologis, mustahil seorang muslim yang mengabaikan al-Qur’an memiliki karakter atau akhlakul karimah sebagaimana yang diinginkan dalam ajaran Islam itu sendiri. Ironis, jika lembaga pendidikan tidak memberikan kesempatan bagi peserta didik muslim untuk memahami al-Qur’an sekaligus menjadi acuan dalam membentuk karakternya. Akibatnya, mereka akan menjadi manusia yang mengakui Islam sebagai agamanya, tetapi karakternya tidak sesuai tuntunan al-Qur’an. Keberadaan mereka justru merusak nama baik Islam itu sendiri. Untuk itu, sikap kebergamaan kita harus tersentuh menyikapi persoalan ini. Hakikat pendidikan karakter itu sendiri adalah penanaman nilai, membutuhkan keteladanan dan harus dibiasaan, bukan diajarkan. Jika dalam konsep PBKB yang disusun oleh Puskur terdapat 18 nilai, maka dalam perspektif al-Qur’an jauh melebihi angka tersebut. Namun untuk memudahkan penanaman nilai tersebut, perlu dirumuskan secara sederhana sesuai dengan tingkat pendidikan itu sendiri. Paling tidak nilai-nilai itu bisa dikelompokkan dalam empat hal. Pertama, nilai yang terkait dengan hablun minallah (hubungan seorang hamba kepada Allah), seperti ketaatan, keikhlasan, syukur, sabar, tawakal, mahabbah, dan sebagainya. Kedua, nilai hablun minannas, yaitu nilai-nilai yang harus dikembangkan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia, seperti tolong-menolong, empaty, kasih-sayang, kerjasama, saling mendoakan dan memaafkan, hormat-menghormati, dan sebagainya. Ketiga, nilai yang berhubungan dengan hablun minannafsi (diri sendiri), seperti: kejujuran, disiplin, amanah, mandiri, istiqamah, keteladanan, kewibawaan, optimis, tawadhu’, dan sebagainya. Dan keempat, nilai hablun minal-‘alam (hubungan dengan alam sekitar), seperti: keseimbangan, kepekaan, kepeduliaan, kelestarian, kebersihan, keindahan, dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut mesti dikembangkan lebih lanjut dengan merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an. Nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an itu sesungguhnya memiliki makna yang lebih luas, kompleks dan aplikatif jika dibandingkan dengan nilai-nilai yang muncul dari hasil pikiran manusia. Misalnya, nilai istiqamah jauh lebih luas dari nilai komitmen dan konsisten. Begitu pula makna ikhlash jauh lebih mendalam dibandingkan dengan makna rela berkorban. Bahkan istilah akhlak pun jauh lebih kompleks dibanding dengan istilah moral dan etika. Dan masih banyak contoh lainnya. Adapun bentuk pelaksanaannya, bisa menyesuaikan dengan konsep pengembangan pendidikan karakter sebagaimana yang disusun oleh Puskur. Beberapa nilai yang telah dirumuskan dapat dikembangkan melalui kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler atau pengembangan diri dan budaya sekolah. Pada kegiatan intrakurikuler, nilai-nilai tersebut harus dirumuskan dalam bentuk “Indikator Penanaman Nilai” oleh guru dalam rencana pembelajarannya untuk diintegrasikan dengan materi tiap mata pelajaran. Dengan begitu tak satu pun materi yang bebas dari nilai. Selain itu, proses pembelajarannya pun sebaiknya diintegrasikan dengan ayat-ayat al-Qur’an. Dalam hal ini, ayat-ayat al-Qur’an akan menjadi basis terhadap suatu ilmu sehingga siswa tidak saja memperoleh pengetahuan, tetapi diharapkan memperoleh keberkahan dari ilmu itu sendiri. Pada kegiatan ekstrakurikuler, mesti dikembangkan kegaitan-kegiatan yang relevan dengan nilai-nilai al-Qur’an. Kegiatan-kegiatan yang bertentangan, seperti kegiatan yang memperlihatkan aurat, pelaksanaan kegiatan yang mengabaikan waktu shalat, dan sebagainya mestilah ditinggalkan. Sebaliknya, kegiatan-kegaitan yang langsung bersentuhan dengan al-Qur’an mesti menjadi prioritas. Misalnya, Tahsin Qur’an, Tilawah al-Qur’an, Tahfizh al-Qur’an, Seni Kaligrafi, Muhadharah, dan lainnya. Sedangkan penanaman nilai pada budaya sekolah harus dirumuskan dalam bentuk beberapa aturan sehingga terjadi proses pembiasaan dan pembudayaan. Seperti tadarus di awal pembelajaran, setiap guru membuka pelajaran dengan membaca surat-surat pendek, membudayakan ucapan salam, mengedepankan keteladanan, malu melanggar peraturan, menjalin interaksi dengan kasih sayang, menjaga kebersihan dan sebagainya. Dalam hal ini, pemberian reward (penghargaan) lebih dikedepankan dari pada punishment (hukuman). Proses pembelajaran al-Qur’an pun harus dilakukan secara kontiniu dan sistematis. Peserta didik harus dibimbing untuk membaca, memahami dan berupaya untuk mengamalkan ayat-ayat al-Qur’an. Peserta didik juga dituntut untuk menghafal ayat-ayat al-Qur’an. Bukankah Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya (hatinya) tidak ada bacaan Al-Qur`an (yakni tidak memiliki hafalannya) ibarat sebuah rumah yang hendak roboh. (HR. At-Tirmidzi, dan lainya). Tidak saja upaya dari sekolah, orang tua di lingkungan rumah tangga, menjadi pelopor utama dalam pembentukan karakter berbasis al-Qur’an. Orang tua juga dituntut untuk menanamkan kecintaan terhadap al-Qur’an kepada anak-anaknya sedini mungkin. Itu sebabnya seorang ibu yang sedang hamil dianjurkan untuk banyak membaca al-Qur’an. Kelak si anak telah pandai membaca al-Qur’an, orang tua pun diminta untuk tadarus bersama anak-anaknya. Sungguh tepat kebijakan Kementerian Agama RI tentang program “Gemmar (Gerakan Maghrib) Mengaji”. Dan program ini sejatinya didukung oleh para orang tua. Demikian halnya masyarakat, diharapkan berperan aktif mengkaji al-Qur’an dan berupaya untuk menjadikannya sebagai karakter diri dan masyarakat sekitarnya. Jika sekolah mau dan bertekad menjadikan al-Qur’an sebagai basis dari pelaksanaan pendidikan karakter, maka niscaya ketenangan dan keberkahan akan dilimpahkan Allah kepada mereka. Sabdanya: Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah Azza wa Jalla untuk membaca Kitabullah (Al-Qur`an) dan mereka saling mempelajarinya kecuali sakinah (ketenangan) akan turun kepada mereka, majlis mereka penuh dengan rahmat dan para malaikat akan mengelilingi (majlis) mereka serta Allah akan menyebutkan mereka (orang yang ada dalam majlis tersebut) di hadapan para malaikat yang di sisi-Nya (HR. Muslim). Kini, dibutuhkan niat, dukungan, dan komitmen dari berbagai pihak yang masih mengakui al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya; baik dari kalangan pemerintah, kaum intelektual, praktisi pendidikan, orang tua dan masyarakat untuk merumuskan pendidikan karakter berbasis al-Qur’an. Jika tidak, maka al-Qur’an hanya sebagai hiasan lemari dan tercerabut dari hati sanubari. Wallahu a’lam.

;;